Friday, November 4, 2011

Question of Faith (part I)

Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus
(Filipi 3:8) 

Banyak hal yang terjadi dalam hidup ini yang terkadang tidak kita mengerti. Membuat kita bingung dan bertanya-tanya. Segala sesuatu yang kita lihat, sentuh, rasakan dan dengarkan menimbulkan berbagai macam pertanyaan-pertanyaan dalam hidup ini. Pertanyaan-pertanyaan itu membutuhkan jawaban. Tetapi kemanakah saya bisa memperoleh jawaban yang pasti? Kemanakah tempat bertanya untuk memperoleh kebenaran?

Ada satu bagian yang menarik dalam injil Yohanes. Bagian kecil ini tidak tercatat dalam 3 injil lainnya.

Yohanes: 18
18:37 Maka kata Pilatus kepada-Nya: "Jadi Engkau adalah raja?" Jawab Yesus: "Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku."
18:38 Kata Pilatus kepada-Nya: "Apakah kebenaran itu?" (18-38b) Sesudah mengatakan demikian, keluarlah Pilatus lagi mendapatkan orang-orang Yahudi dan berkata kepada mereka: "Aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya. 

Dan sama seperti Pilatus bertanya kepada Yesus, maka tulisan saya ini juga merupakan kumpulan pertanyaan-pertanyaan untuk menemukan sebuah kebenaran. Sama seperti Pilatus yang setelah bertanya kepada Yesus tentang apa itu kebenaran, saya juga akhirnya dapat menyimpulkan bahwa Allah adalah kebenaran itu sendiri dan berkata kepada diri saya sendiri (sama seperti perkataan Pilatus) bahwa :

" aku (harry) tidak mendapati kesalahan apapun pada Nya "

Saya pernah menonton khotbah seorang pendeta di TV. Pendeta itu mengatakan bahwa keyakinan kita tidak memberi pengaruh apa-apa terhadap kebenaran yang ada. Contohnya tentang keberadaan Allah. Tidak peduli apakah kita yakin ada Allah atau tidak, itu tidak akan mempengaruhi kebenaran akan keberadaan Allah. Bukan karena pikiran dan keyakinan kita yang mengatakan bahwa ada Allah maka Allah ada, ataupun bukan karena pikiran dan keyakinan kita yang mengatakan bahwa tidak ada Allah, maka Allah tidak ada. 

Dibawah ini adalah kumpulan-kumpulan pertanyaan yang  pernah muncul dalam pikiran saya seputar iman Kristen. Menurut saya, inilah cara saya bertumbuh. Semakin banyak pertanyaan yang saya ajukan, semakin saya mencari Tuhan karena Tuhan yang empunya jawabannya. Saya memberikan pertanyaan kepada diri saya sendiri dan saya meminta jawaban nya kepada Tuhan.

Q : Apakah Allah dan Tuhan yang disebutkan sebagai pencipta alam semesta itu memang benar-benar ada? Apakah Allah yang disebutkan sebagai pribadi yang Maha Kuasa, Maha Adil, Maha Pengasih dan Maha Penyayang itu benar-benar ada?

A : Sebelum menjawab nya, saya ingin bertanya dahulu mengapa pertanyaan demikian bisa timbul dalam pemikiran anda?

Q : Karena Hukum Kekekalan Energi menyatakan bahwa “ Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan. Hanya dapat berubah bentuk dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Energi itu konstan ” Kita tahu bahwa alam semesta ini mengandung energi. Energi dalam semesta ini sering disebut sebagai kosmos. Kosmos selalu tetap. Dengan kata lain hukum itu berkata bahwa alam semesta itu telah ada dan akan selalu ada. Tidak ada yang menciptakan alam semesta ini, karena jumlah energi dalam alam semesta ini konstan, tidak dapat diciptakan atau pun dimusnahkan. Karena itu dapat disimpulkan bahwa tidak ada Allah yang telah menciptakan semesta beserta kosmos nya. Karena alam semesta ini telah dan akan selalu ada dalam jumlah yang konstan.

A : Saya sendiri adalah seorang yang mempelajari science dan engineering dan mengetahui isi hukum tersebut. Ketika sebuah postulat atau hukum di nyatakan oleh seseorang ilmuwan, dia harus bisa membuktikan kebenaran postulat atau hukum tersebut melalui bukti yang jelas dan dapat diterima oleh akal. Kita tahu bahwa postulat dan semua jenis hukum dalam sains itu lahir dari sebuah pengamatan. Itu berlaku untuk semua teori,postulat dan segala jenis hukum yang telah diterima dalam dunia sains. Tidak ada sebuah teori yang lahir tanpa didahului oleh sebuah pengamatan dan observasi.

Pernyataan seseorang yang berkata bahwa alam semesta telah ada dan akan selalu ada dengan mengacu kepada Hukum Kekekalan Energi tersebut tidak tepat sama sekali. Bahkan seharusnya hukum itu berbunyi demikian “ Sejauh yang diamati, jumlah energi itu selalu konstan. Tidak dapat diciptakan atau pun dimusnahkan, hanya bisa berubah bentuk dari satu bentuk ke bentuk yang lain.”
 Karena seperti yang kita tahu juga bahwa alam semesta dan semua isinya ini memiliki awal. Dan segala sesuatu yang memiliki awal, pasti memiliki penyebab. Saya ulangi, SEGALA SESUATU YANG MEMILIKI AWAL PASTI MEMILIKI SEBAB. Tidak akan muncul asap kalau tidak ada api, tidak akan muncul pelangi jika air hujan tidak membiaskan sinar matahari. Sebuah mobil tidak akan pernah mulai bergerak jika tidak ada bensin atau bahan bakar. Tidak akan ada masa menuai jika tidak pernah menanam. Tidak akan pernah muncul pohon apel, kecuali jika sebuah biji apel ditanam diatas tanah yang memungkinkannya bertumbuh. Intinya, segala sesuatu yang memiliki awal pasti memiliki sebab. Tunas yang tumbuh diatas tanah disebabkan oleh sebuah biji yang telah mulai bertumbuh didalam tanah. Dan penyebab biji itu mulai bertumbuh adalah karena nutrisi yang didapatkan mencukupi untuk pertumbuhan nya.

Kita tentunya sudah pernah mendengar para ilmuwan menyebutkan bahwa lapisan ozon sudah mulai berlubang. Dengan kata lain, ada suatu KONDISI AWAL dimana lapisan ozon belum berlubang. Kita tentu sudah pernah mendengar bahwa, alam semesta ini semakin mengembang dan semakin tidak teratur. Berarti ada suatu KONDISI AWAL dimana alam semesta ini belum mengembang. Kita juga pernah mendengar bahwa sebuah bintang akan mati. Dan ketika mati cahayanya akan meredup dan massanya akan habis. Dengan kata lain, ada sebuah KONDISI AWAL dimana bintang itu masih hidup dan memancarkan cahaya yang terang.

Dari fakta-fakta yang VALID dan berdasarkan OBSERVASI tersebut, mau tidak mau kita harus menerima kenyataan bahwa alam semesta dan segala isinya itu MEMILIKI AWAL. Waktu juga memiliki AWAL. Kalau alam semesta,ruang dan waktu  ini memiliki awal, maka berdasarkan logika matematiknya, alam semesta ini juga pasti MEMILIKI SEBAB. Logika itu sangat masuk akal.

Premis 1 : Segala sesuatu yang memiliki awal, memiliki penyebab
Premis 2 : Alam semesta dan segala isinya memiliki awal
Kesimpulan : ALAM SEMESTA MEMILIKI PENYEBAB

Kesimpulan yang mau tidak mau harus diterima adalah, alam semesta disebabkan oleh sesuatu. Ada sesuatu yang telah menyebabkan alam semesta ini ada. Alam semesta itu tidaklah telah ada dan akan selalu ada. Alam semesta itu memiliki awal, dan jika memiliki awal pasti akan memiliki akhir.
Jika kita kembali kepada hukum kekekalan energi yang mengatakan bahwa jumlah energi itu selalu konstan, kita seharusnya memunculkan pertanyaan “ siapakah yang telah menciptakan energi yang konstan tersebut?” Pertanyaan tersebut layak muncul karena ternyata ALAM SEMESTA YANG KONSTAN INI MEMILIKI PENYEBAB !!!
Nah, dalam iman yang saya pegang, alam semesta dan segala isinya ini diciptakan oleh pribadi yang disebut ALLAH. Dan oleh karena itulah saya sendiri sangat percaya bahwa ada kekuatan yang jauh lebih besar dari seluruh energi di alam semesta ini. Begitu besarnya dan luar biasa besarnya. Kekuatan yang tidak ada batasnya. Saya memanggilnya Allah. Dan saya mempercayai keberadaan Nya.

Q : Tapi jika ada Allah, sepertinya yang anda sebutkan sendiri bahwa Dia adalah Allah yang Maha Kuasa. Dan dia juga adalah pribadi yang penuh kasih dan menjunjung tinggi keadilan. Lalu, jika alam semesta dan bumi ini diciptakan oleh Allah yang baik dan adil itu, mengapa banyak sekali penderitaan. Mengapa Allah yang baik itu membiarkan penderitaan, kelaparan, kemiskinan, dan peperangan itu terjadi? Mengapa Allah yang adil itu membiarkan kejahatan dan ketidakadilan terjadi di bumi ini? Lalu dimanakah Allah itu? Apakah Dia berkeinginan mencegah kejahatan dan ketidak adilan, namun tidak mampu? Maka Ia tidak Maha Kuasa. Apakah Dia mampu,tetapi tidak ingin? Maka Ia jahat. Apakah Ia mampu dan ingin? Lalu bagaimana mungkin bisa ada kejahatan dan ketidak adilan. Maka segala malapetaka seperti pembunuhan Hitler terhadap 6 juta orang Yahudi tidak akan pernah terjadi. Saya juga mempertanyakan tentang Allah yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Adil dan Maha Kuasa. Kita tahu sendiri bahwa kejahatan di dunia ini sangatlah merajalela. Pembunuhan, kemiskinan, penderitaan, kelaparan, bencana alam,pelacuran, perampokan, penipuan, pemerkosaan dan masih banyak kejahatan lain nya. Kenapa Allah yang sangat baik itu membiarkan kejahatan merajalela. Kenapa ada penderitaan dan kejahatan di bumi ini?



A : Pastilah semua orang dengan pemikiran yang sehat di muka bumi ini mengatakan bahwa  yang dilakukan Hitler terhadap jutaan orang-orang Yahudi adalah kejahatan yang sangat mengerikan. Pastilah kita semua mengutuk perbuatan keji seorang pria yang dengan tega memperkosa seorang gadis. Pastilah kita semua menyayangkan tindakan seorang anak yang membunuh ibu nya sendiri. Pastilah kita geram dengan para perampok yang merampok seluruh isi rumah kita. Dan itu semua adalah contoh-contoh kejahatan. Kita mengkategorikan itu semuanya sebagai kejahatan.

Tetapi tahukah anda bahwa perihal mengkategorikan perbuatan Hitler, pria,anak,dan perampok dalam kasus-kasus tersebut sebagai sebuah tindakan kejahatan mengangkat sebuah masalah filosofis yang penting.
Kita semua sepakat bahwa jika seseorang ingin mengklaim bahwa sesuatu itu jahat, maka ia harus bertanya dengan kriteria apa seseuatu itu dikatakan jahat. Apa yang menjadi tolak ukur dan standard nya untuk memutuskan sesuatu itu jahat dan yang lain itu baik. Bagaimana seseorang mengatakan hal itu jahat dan yang lain nya baik? Alat pengukur moral apakah yang sedang dipakai untuk mengukur “sesuatu” itu.  Dengan proses apakah kejahatan itu dibedakan dari kebaikan dan sebaliknya?

Mustahil untuk membedakan kejahatan dari kebaikan KECUALI seseorang memiliki sebuah titik acuan yang mutlak dan yang benar-benar baik. Kita tidak akan pernah bisa mengkategorikan sesuatu itu jahat atau baik tanpa titik acuan yang mutlak dan benar-benar baik itu. Titik acuan yang mutlak dan benar-benar baik itu hanya ditemukan dalam pribadi Allah yang Maha Kuasa,Maha Kasih dan Maha Adil. Maka dengan itu, pastilah ada Allah yang berkuasa di alam semesta ini. Kita belum berbicara Allah orang Kristen disini. Yang penting Allah itu memang ada, titik.

Lalu,anda juga mungkin akan bertanya “lalu mengapa ada kejahatan dan penderitaan jika ada Allah yang Maha Kuasa,Maha Adil dan Maha Kasih?
Sebenarnya masalah kejahatan dapat dipandang dalam bentuk yang melibatkan tiga buah konsep.

Kuasa Allah, Kebaikan Allah, dan kehadiran kejahatan di dalam dunia.

Akal sehat memberitahu kita bahwa ketiganya tidak mungkin benar secara bersamaan. Tetapi sebenarnya ketiganya benar secara bersamaan.
Dapat dijelaskan seperti berikut, jika Allah tidak membuat klaim bahwa diri Nya baik, maka pastilah lebih mudah untuk menjelaskan keberadaan kejahatan. Tetapi Allah sendiri mengklaim diri Nya baik. Lalu mengapa ada kejahatan? Jika Allah dibatasi kuasa Nya sehingga Ia tidak cukup kuat untuk mencegah kejahatan, maka keberadaan kejahatan juga akan lebih mudah untuk dijelaskan. Tetapi Allah sendiri menyatakan bahwa Ia adalah Allah yang Maha Kuasa. Lalu, mengapa ada kejahatan? Jika seandainya kejahatan itu hanya sebuah ilusi dari pikiran yang fana dan tidak memiliki realita, maka masalah-masalah itu tidak akan pernah muncul. Tetapi kejahatan bukanlah sebuah ilusi. Karena kalau KEJAHATAN SEBUAH ILUSI, lalu bagaimana anda menjelaskan  alasan anda  mengunci pintu rumah anda pada malam hari? Bukankah itu disebabkan karena kejahatan itu adalah realita?  Jika PENDERITAAN HANYA SEBUAH ILUSI, lalu bagaimana anda menjelaskan alasan seorang ibu yang melarang anaknya untuk tidak terlalu dekat dengan api saat mereka memasak? Itu juga karena penderitaan adalah realita dan sesuatu yang nyata.Jika RASA SAKIT HANYA SEBUAH ILUSI, lalu mengapa mereka perlu pergi ke dokter dan membeli obat? Bukankah rasa sakit itu hanya ilusi? Tentu saja KEJAHATAN,PENDERITAAN DAN RASA SAKIT ITU ADALAH REALITA.

Lalu bagaimana mungkin Allah mengklaim diri Nya Maha Kuasa dan Maha Kasih padahal banyak sekali kejahatan,penderitaan dan rasa sakit yang terjadi? Dan kejahatan itu sendiri ternyata bukanlah sebuah ilusi. Kejahatan itu realita.

Saya ingin memulai dengan bercerita tentang iman Kristen yang saya percaya yang berkata bahwa awal dari penciptaan alam semesta ini adalah sangat baik. Tidak ada dosa, tidak ada kejahatan, tidak ada rasa sakit dan kematian. Namun sejak kejatuhan manusia pertama yaitu Adam dan Hawa kedalam dosa telah  membawa kejahatan kedalam dunia ini. Saya percaya bahwa kejahatan itu adalah kerusakan dari sesuatu yang baik.
Mungkin Anda bertanya, mengapa Allah tidak menciptakan Adam dan Hawa dimana mereka tidak akan pernah berdosa dan oleh sebab itu tidak akan pernah ada kejahatan dalam dunia ini?
Jika seperti itu yang terjadi, maka skenario seperti itu akan berarti bahwa kita bukanlah benar-benar manusia. Kita tidak akan pernah membuat keputusan dan mencintai dengan bebas. Kita tidak ada bedanya dengan robot-robot yang diprogram untuk melakukan suatu perintah saja. Kita tidak ada bedanya dengan boneka yang dapat berbicata, yang ketika anda tarik talinya, boneka itu dapat mengatakan “saya mencintai Mu”.

to be continued...





No comments:

Post a Comment