Thursday, November 24, 2011

Pria-Wanita

Bermula dari kisah Adam dan Hawa..


Pernikahan adalah ide Allah. Dari permulaan Allah memposisikan hubungan laki-laki dan perempuan dalam konteks yg unik.
Kenapa unik?

Setelah menciptakan Adam, Allah berkata, "Tidak baik manusia itu seorang diri saja" (Kejadian 2:18), maka Ia menciptakan seorang rekan baginya.
Nah, disini bagian uniknya..


Awalnya saya merasa bahwa kalimat dalam Kejadian 2:18 itu menggusarkan, karena sesungguhnya manusia tidak seorang diri. Allah bersamanya, bukan?
Adam mengalami persahabatan dalam hubungan nya dengan Allah. Allah bahkan berjalan dan berbicara dengannya didalam Taman Eden. Namun uniknya Allah berkata bahwa manusia itu sendirian.

Unik dan sangat menarik!
Allah membuat pengumuman ini sebelum peristiwa Adam jatuh kedalam dosa. Maka ketika Allah berkata "tidak baik manusia itu seorang diri saja" , Allah sudah memikirkan suatu persahabatan manusia yang unik     untuk menolong memenuhi kebutuhan kemanusiaan Adam yang terbatas didalam cara yang telah Allah rancang dan susun. Dengan kata lain, Allah telah menciptakan setiap manusia dengan kebutuhan yang hanya dapat dipenuhi oleh sesama manusia.

Kita harus mundur sedikit dan mencatat hal itu.

Hal yang tidak kalah unik nya ialah ini...
Ketika Allah berkata bahwa tidak baik manusia itu seorang diri meskipun ia berada dalam hubungan yang dekat dengan Allah, Ia menciptakan seorang wanita! 

Perhatikan bahwa Allah tidak menciptakan laki-laki lain! Allah menciptakan seorang wanita!
Mengapa?
Saling mengisi dan saling melengkapi dalam pola yang dicipta mendefinisikan seluruh prokreasi. Perempuan memenuhi keinginan, kebutuhan, dan kekurangan dari laki-laki dimana Allah menahan diri Nya, dan laki-laki lain tidak dimaksudkan untuk bisa memenuhi kebutuhan itu.
Jika Allah hanya menginginkan persahabatan untuk Adam, Ia sendiri dapat menyediakannya. Jika Allah menginginkan persaudaraan, Ia dapat menciptakan laki-laki lain. Tetapi Allah membentuk seorang perempuan dengan perbedaan psikologis dan biologis. Perbedaan gender ini bukan berarti memberikan hak pada seseorang untuk mendominasi orang lain. Desain Allah terhadap gender adalah unik dengan suatu tujuan.

Dalam diriNya, Allah adalah semua dalam semua. Tidak ada kekurangan di dalam kesempurnaan Nya. Ia sepenuhnya cukup untuk semua kebutuhan kita, namun Ia memilih untuk membentuk sebuah hubungan yang dirancang begitu istimewa dimana hanya seorang perempuan yang dapat menyempurnakan ketidaksempurnaan seorang laki-laki. Inila peran khas seorang perempuan, dicipta dengan baik sekali, untuk memenuhi kebutuhan yang tidak dapat diisi oleh laki-laki lain.

Allah merancang pernikahan untuk kesatuan dan ikatan yang erat. Kejadian 2:24 mengatakan "Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging"
Rumah tangga Adam dan Hawa menjadi rumah tangga yang pertama. Dari sinilah munculnya umat manusia. Rumah tangga telah didirikan sebelum Gereja ada.

Kisah Ishak dan Ribka
1. Pentingya keterlibatan orang tua dalam pemilihan teman hidup


Kisah Ishak dan Ribka dimulai ketika Abraham melihat kepentingan untuk memelihara anak-anak dan keturunannya seperti yang dijanjikan Allah. Maka Abraham memanggil hamba kepercayaannya dan berkata "maukah kau mengikuti petunjuk ini dan mencarikan seorang perempuan untuk dinikahi Ishak, keturunan pilihan?" (lihat Kejadian 24:3)
Dari peristiwa ini, saya mengambil sebuah pesan penting bahwa bimbingan orang tua diperlukan untuk menjadi suara bagi cinta dan kebijaksanaan yang akan menjaga hidup orang muda dari tipu muslihat yang tidak tulus dari pelamar.

Abraham mengutus Eliezer,hambanya untuk mencari seorang mempelai dari tanah kelahirannya. Ini adalah fakta penting pertama yang muncul.
Ishak bukan satu-satunya yang terlibat dalam proses pemilihan ini, dan saya pikir itu penting.
Allah dilibatkan, Abraham berdoa, Eliezer diutus. Seorang hamba terpercaya dan ayah yang taat memainkan peran penting dalam pemilihan mempelai.

Sewaktu kita melihat seorang yang kita pikir selama ini kita inginkan dan denyut jantung romans mulai bergetar, kita sangat mudah terjebak dalam banyak situasi yang berbahaya. Emosi kita dapat mengambil alih dan menghalangi pikiran kita untuk berpikir objektif. Dalam pikiran kita, orang tua kita hanya bisa jadi penghalang hubungan daripada pembimbing yang bijaksana untuk menolong kita menemukan orang yang tepat.

Sebelum anda menolak sepenuhnya peringatan itu, pikirkanlah - pertama sebagai seorang anak dan kemudia sebagai calan orang tua yang suatu hari akan membimbing anak anda sendiri dalam membuat keputusan yang sama. Berhati-hatilah ketika anda mengikrarkan hidup anda kepada seseorang jika orang tua anda tidak simpati dengan keputusan anda-khususnya jika orang tua anda mengasihi Allah. Komitmen untuk mendapatkan restu dari orang tua menjadi pijakan yang penting dalam hubungan pernikahan.


Jika anda menikahi seseorang dan melawan kehendak orang tuamu, Anda akan memiliki taruhan yang besar ketika anda memasuki masa depan anda. Setiap kali anda mencemari otoritas yang telah ditempatkan Allah, anda harus yakin dua kali anda sedang melakukan hal yang benar.


2. Cinta adalah sebuah keputusan

Sungguh menarik untuk memperhatikan urutan dari ayat berikut :
Lalu Ishak membawa Ribka kedalam kemah Sara, ibunya, dan mengambil dia menjadi istrinya. Ishak mencintainya (Kejadian 24:67)


Kita akan mengatakan ia mencintai Ribka dan kemudian Ribka menjadi istrinya. Tetapi, Alkitab memberitahu kita, Ribka menjadi istrinya dan ia mengasihi istrinya.


Jika engkau mau untuk mencintai seseorang, engkau dapat mencintainya. Cinta adalah sebuah keputusan dan keputusan membutuhkan komitmen. Tanpa kehendak, pernikahan adalah cemoohan; tanpa emosi pernikahan adalah pekerjaan yang membosankan. Anda membutuhkan keduanya. Pernikahan adalah keharmonisan dari Allah yang menyelaraskan dua kehendak dengan kehendak Allah.

Banyak yang bilang kalau yang namanya perasaan paling hanya bertahan 4 tahun karena itu hanya reaksi kimia sesaat. Walaupun memang benar perasaan cinta tidak selalu menyala sepanjang hubungan tapi bukan berarti itu tidak penting. Hubungan tanpa perasaan seperti menari tanpa musik. Sekalipun tarian yang ditarikan benar, langkah–langkah kaki dan gerakan tubuhnya sempurna tapi tanpa musik kita ga akan bisa menikmati tarian itu. Walaupun begitu, mungkin saja terjadi ketika langkah pertama dan kedua OK, ternyata langkah ke 3 tidak OK karena kita gak ada perasaan pada orang itu.

3. Kekudusan Tubuh sebelum pernikahan

Dalam kitab Keluaran, Allah memerintahkan Musa di gunung Sinai untuk membuat Tabernakel sebagai tempat untuk beribadah dan berjumpa dengan Tuhan. Kitab keluaran Pasal 25 memberi tahu kita betapa Tabernakel tersebut harus dibuat dengan sangat hati-hati. Mulai dari dimensi (ukuran) Tabernakel, material pembuatnya, dan semua aksesoris yang dibutuhkan untuk membuat Tabernakel tersebut merupakan instruksi dari Allah sendiri. Dan semua diberitahukan Allah dengan sangat detail kepada Musa. Hal ini menunjukkan betapa Allah menginginkan kesempurnaan dalam kekudusan bait Nya.

Mari kita bawa peristiwa pembuatan Tabernakel tersebut ke zaman modern. Tubuh kita adalah "bait Allah" (1 Korintus 3:16). Hal ini tentu menunjukkan bahwa kerinduan Nya adalah berdiam bersama kita dan bertemu dengan kita dalam kekudusan tubuh manusia. Kita memiliki gereja lokal dimana kita bertemu sebagai sesama orang percaya. Kita tidak lagi ke bukit Sinai untuk bertemu Allah.

Kita bisa melihat betapa Allah sangat concern dengan kekudusan tubuh. Kita bisa banyak belajar dari kisah Raja Daud yang demi hawa nafsunya telah membunuh suami Betseba demi mendapatkan Betseba. Akibatnya kutuk menimpa seluruh kerajaan itu dan seluruh bangsa berada dibawah pedang dan penghakiman. Allah juga tidak sudi dengan keinginan Daud untuk membangun bait Allah karena darah ditangannya.

Bagaimana menjaga kekudusan ialah dengan menjaga mata dan tidak menempatkan diri ditempat yang kita tahu kita akan "mudah terjatuh". Mata adalah pelita tubuh (Mat 6:22). Dari mata dapat timbul dosa yang menjatuhkan kita dalam ketidakkudusan tubuh.

Jika pernikahan seagung seperti yang Alkitab maksudkan, maka pantaslah untuk Anda menunggu sampai siap akan waktu yang tepat dengan orang yang tepat.

No comments:

Post a Comment