Thursday, April 7, 2016

Four "Happy Chemicals"

Simon Sinek, seorang motivator dan pembicara handal, menjelaskan tentang 4 happy chemical yang dia singkat dengan EDSO (Endorphin, Dophamine, Serotonin, dan Oxcytocin).
E dan D adalah happy chemicals yang bisa muncul dalam tubuh dengan usaha kita sendiri. S dan O adalah happy chemicals yang bisa muncul dalam interaksi kita dengan orang lain.

Endorphin adalah hormon yang kita lepaskan dalam tubuh sebagai respon atas rasa sakit, letih yang kita rasakan. Hormon ini memanipulasi rasa sakit, letih, dsb. Misal ketika kita sedang lembur, atau sedang latihan angkat beban, kita mengeluarkan hormon Endorphin. Hormon ini mampu membuat kita bekerja ekstra.

Dophamine adalah horman yang kita lepaskan dalam tubuh sebagai respon akan pencapaian pribadi kita. Misal ketika kita berhasil mendapatkan ranking disekolah atau menjadi juara dalam suatu pertandingan olah raga.

Serotonin adalah hormon yang kita lepaskan sebagai respon akan pengakuan orang lain terhadap diri kita. Misal ketika kita meraih ranking disekolah, hormon serotonin dilepaskan saat kita melihat orang tua kita hadir disana dan memandang mata mereka yang penuh rasa bangga atas pencapaian kita. Sebuah ucapan "saya bangga padamu" atau sebuah tepukan dibahu dari orang lain membuat kita melepaskan hormon ini. Atau saat kita melakukan sebuah pengorbanan atau hal baik terhadap orang lain, lalu mendapatkan pengakuan dari orang lain atas pengorbanan yang sudah kita lakukan.

Oxytocin adalah hormon yang kita lepaskan dalam tubuh sebagai respon atas relasi yang intim, dekat, dan rasa aman yang kita dapatkan dari orang lain. Misalnya saat hubungan seks dengan pasangan maka hormon ini akan dilepaskan dalam tubuh. Ini yang menjelaskan mengapa orang yang hidup berpasangan pada umumnya sehat, bahagia dan berumur lebih panjang.


Sunday, February 21, 2016

Kelatahan Dalam Mencomot Comot Ayat Alkitab

Oke, tulisan kali ini tentang iman.
Terkadang saya merasa geretan terhadap saudara saya yang Muslim yang mencoba untuk mencomot sebagian dari ayat Alkitab untuk memperkuat keyakinannya bahwa agama dia yang benar.

Misalnya sebuah tulisan yang saya kutip berikut ini :

Inilah dakwah Islam di Amerika yang digalakan oleh Kelompok Muslim Amerika ternama, Islamic Circle of North America (ICNA). Mereka berusaha mengenalkan siapa itu Jesus sebenarnya, dan juga membagikan Al-Quran terjemahan bahasa Inggris.
Foto di atas adalah foto kegiatan ICNA di Abbot Kinney Festival 2015 di Los Angeles yang dirilis oleh fanpage ICNA pada 28 September 2015 lalu.
Dalam tulisannya yang berjudul (terjemahan) "Umat Muslim Lebih Mencintai Ajaran Yesus Daripada Umat Kristen", Dr. Laurence Brown, seorang mualaf menyampaikan bukti-bukti bahwa Umat Islam lah yang mengamalkan ajaran Yesus.
Diantaranya:
- Yesus disunat (Lukas 2:21). Sedangkan umat Muslim juga disunat.
- Yesus tidak makan daging babi, sesuai dengan hukum Perjanjian Lama (Imamat 11: 7 dan Ulangan 14: 8). Muslim secara keseluruhan juga tidak makan babi. Bagaimana dengan umat Kristen?
- Yesus tidak memberi atau mengambil riba (bunga), sesuai dengan larangan dalam Perjanjian Lama (Keluaran 22:25). Riba (bunga) juga dilarang dalam Al-Qur'an, sebagaimana juga dilarang dalam agama Yesus. Perekonomian sebagian besar negara Kristen, bagaimanapun, terstruktur berdasarkan riba.
- Yesus berjenggot, sebagaimana umat Muslim juga dianjurkan untuk berjenggot dalam Islam.
- Ibunda Yesus menutupi rambutnya, dan hal ini dipraktekkan oleh wanita Kristen dari kawasan Palestina dan sekitarnya hingga pertengahan abad kedua puluh. Dan lagi-lagi, ini adalah praktek yang dilakukan umat Islam, tetapi tidak dipraktekkan di antara orang-orang Kristen modern.
- Yesus mengajarkan murid-muridnya untuk mengucapkan salam "Damai" (Lukas 10: 5), dan kemudian memberikan contoh dengan mengucapkan "Damai sejahtera bagi kamu" (Lukas 24:36, Yohanes 20:19, Yohanes 20:21, Yohanes 20: 26). Lalu, siapakah yang terus mempraktekkan ajaran ini sampai sekarang, Kristen atau Muslim? "Damai sejahtera bagi kamu" adalah arti dari sapaan umat Muslim, “Assalammu’alaikum.” Yang menarik, kita juga menemukan ucapan ini dalam Yudaisme (Kejadian 43:23, Bilangan 6:26, Hakim 6:23, I Samuel 1: 17 dan I Samuel 25: 6)
Intinya mereka memakai apa yang ada di Alkitab untuk memperkuat kebenaran agama mereka. Oleh karena itu, sejak mereka mengutip ayat dalam Alkitab tersebut (yang berarti mereka percaya ayat tersebut), pertanyaan pentingnya adalah : APAKAH MEREKA BENAR-BENAR MEMPERCAYAI SEMUA YANG YESUS KATAKAN DALAM ALKITAB?

Dalam Alkitab, Yesus berkata : Akulah Jalan Kebenaran dan Hidup. Tidak ada satu orang pun yang sampai kepada Bapa kalau tidak melalui Aku.

Artinya Dia adalah satu-satunya jalan menuju Allah. Bukan Muhammad ataupun nabi-nabi lainnya. Lalu, apakah mereka mempercayai itu juga?? Kalau tidak, berarti mereka hanya mencomot beberapa ayat dalam Alkitab yang sesuai dengan ajaran agama mereka dan menolak ayat-ayat yang bertentangan dengan ajaran Alquran. Terhadap orang-orang seperti ini, diskusi tidak perlu dilanjutkan lagi karena telinga mereka hanya ingin mendengar hal-hal yang ingin mereka dengar saja.

Sebenarnya, ayat-ayat yang mereka comot diatas bisa dijelaskan dan mereka tidak paham konteks keseluruhan ayat tersebut. Itulah akibat mereka terlalu latah untuk asal comot ayat dari agama lain, seolah-olah mereka sudah mempelajari dengan seksama isi ayat tersebut dan Alkitab secara utuh.

Tetapi penjelasan tersebut tentunya hanya akan bermamfaat apabila dijelaskan kepada orang yang benar-benar murni ingin mencari apa yang benar.


Sunday, February 14, 2016

Theodore Roosevelt : Presiden Dengan Mental dan Fisik Yang Tangguh

Orang bijak berkata "adalah baik belajar dari pengalaman diri sendiri, namun lebih baik lagi jika belajar dari pengalaman orang lain".

Salah satu caranya adalah dengan membaca dan mempelajari kisah hidup orang-orang besar. Besar disini tidak berarti ukuran badan tetapi dari skala pengaruh hidupnya bagi orang lain.
Salah satu orang besar yang pernah hidup adalah Theodore Roosevelt. Dia adalah presiden Amerika yang ke-26 dan yang termuda sepanjang sejarah saat itu, yaitu pada usia 42 tahun. (https://id.wikipedia.org/wiki/Theodore_Roosevelt)

Silahkan googling dan pelajari kisah hidupnya. Saya sendiri kagum dengan sosok beliau. Dia adalah pria yang punya fisik dan mental yang tangguh. Biarpun terlahir dari keluarga kaya, namun tak berarti dia anak yang manja. Dia dididik dengan baik oleh sang ayah.

Theodore Roosevelt, atau disingkat TR, adalah seorang presiden, prajurit, petualang, penulis buku, dan penyayang keluarga. Semua karakter yang diperlukan untuk menjadi pria sejati ada dalam dirinya. Untuk bisa menjadi seperti dia, butuh disiplin dalam melatih fisik dan mental setiap hari. Itu berarti, tidak ada ruang untuk bermalas-malasan. Karena hidup ini terlalu singkat dan berharga untuk dijalani dengan bermalas-malasan saja. “With self-discipline most anything is possible.” –Theodore Roosevelt


"Anda harus siap fisik dan mental kalau mau melakukan perubahan"
(Ahok)

Saturday, February 13, 2016

Tak Seindah Yang Dibayangkan

Ternyata menjadi terkenal, berprestasi, dan bergelimang harta tak selalu seindah yang dibayangkan. Setidaknya itu yang saya pahami dari kejadian meninggalnya diva legendaris, Whitney Houston. Siapa yang tak kenal dia dan lagu-lagunya. Salah satu yang saya suka adalah lagu "When You Believe" yang juga menjadi soundtrack film animasi terbaik tahun 1998 "Prince of Egypt".

Namun, dibalik sederat prestasi tersebut, tersimpan jiwa yang ternyata rapuh dan diperbudak oleh narkoba. Setidaknya itulah hasil investigasi kepolisian setelah menemukan jasad Whitney di bak kamar mandi hotelnya. Sungguh amat disayangkan dan tragis sekali. Semua hal yang orang impikan dari seorang Whitney Houston ternyata tak mampu memuaskan jiwa sang diva. Popularitas, harta, prestasi, dan bakat menyanyi yang luar biasa, pun tak menjamin seseorang bisa bahagia dan memuaskan jiwa. Peristiwa ini makin tragis lagi karena putrinya meninggal 3 tahun kemudian akibat Narkoba dengan kejadian yang hampir sama dengan sang ibu, meninggal di kamar hotel akibat overdosis.

  • http://www.kapanlagi.com/showbiz/hollywood/narkoba-38-alkohol-di-balik-kematian-whitney-houston-38-putrinya-5c410f.html
  • http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2012/03/120323_whitneyhoustonotopsi
Kejadian ini setidaknya mengajari saya satu hal penting bahwa segala hal yang dapat saya miliki di dunia ini tidak akan pernah bisa memuaskan jiwa dan membahagiakan saya. Saya selalu ingat kutipan seperti ini :
There is no way to happiness, happiness is the way
Tidak ada jalan/cara menuju kebahagiaan. Tapi kebahagiaan itu sendiri adalah jalannya. Bahagia tidak hanya diraih ketika kita berhasil sampai ke puncak, tetapi juga ketika kita menjalani jalan sampai tiba puncak. Jika kita hanya bahagia ketika tiba di puncak, kita akan banyak mengalami kesedihan karena masa-masa dipuncak hanya sementara saja. Hidup ini ada puncak, lembah, naik, dan turun. Kita hanya harus belajar menikmati setiap langkah hidup kita, entah diposisi manapun kita berada saat ini.

Lalu, bagaimana caranya agar bisa menikmati kebahagian diposisi manapun kita berada?
Jawabannya MINDSET yang benar!
Mindset untuk selalu mensyukuri setiap hal dalam hidup. Alkitab banyak kali mengajarkan mindset-mindset yang benar dan penting untuk kita tanam dalam benak. Salah satunya adalah mengajarkan kita untuk mengucap syukur dalam segala hal.
Mindset ibarat pondasi. Karena saya yakin, setiap tindakan yang kita lakukan bermula dari apa yang kita pikirkan. Jika pondasi (mindset) kita kuat, maka badai dan hujan dalam hidup tak akan meruntuhkan bangunan kehidupan kita.
Pikiran melahirkan tindakan. Tindakan melahirkan kebiasaan. Kebiasaan melahirkan karakter. Karakter menentukan masa depan. 

Sunday, November 29, 2015

Pygmalion Effect : A Phenomenon That Every Leader Must Consider

Pygmallion is a character in a Greek myth. He worked as a sculptor and one day he created a woman statue which was very perfect and beautiful. Enamored by the beauty of his own making, Pygmalion begs the gods to give him a wife in the likeness of the statue. The gods grant the request, and the statue comes to life..

Based on that story, social psychologist Robert Rosenthal and Jacobsen (1968) conduct an experiment to see the impact of expections put on someone to his performance.  The work of Rosenthal and Jacobsen (1968), among others, shows that teacher expectations influence student performance. Positive expectations influence performance positively, and negative expectations influence performance negatively. Rosenthal and Jacobson originally described the phenomenon as the Pygmalion Effect.
“When we expect certain behaviors of others, we are likely to act in ways that make the expected behavior more likely to occur.” (Rosenthal and Babad, 1985)
Some practical tips related to Pygmallion Effect that can be implemented in our daily life if you are a teacher or leader in a company.

  1. Never forecast failure in the classroom or workplace. If you know a test/task is particularly difficult, tell your students/follower that the test is difficult but that you are sure that they will do well if they work hard to prepare.
  2. Do not participate in gripe sessions about students/follower. Faculty members/leaders who gripe about students/follower are establishing a culture of failure for their students, their department and their own teaching.
  3. Establish high expectations. Students/follower achieve more when faculty/company have higher expectations. When you give students/employee a difficult assignment, tell them, “I know you can do this.” If you genuinely believe that your students/employee cannot perform the assignment, postpone the assignment and re-teach the material.

Setidaknya ada 2 orang hebat yang saya tahu dari kisah hidupnya mengalami efek pygmallion ini, dimana mereka mendapatkan posititive and high expectations dari orang-orang yang mereka hormati dan sayangi sehingga memberi mereka power untuk menjadi sukses. Kedua orang tersebut adalah Darwin Silalahi (CEO Shell Indonesia) dan Handry Satriago (CEO General Electric Indonesia).

Tuesday, November 10, 2015

Peperangan Yang Pertama dan Terutama

Peperangan pertama dan yang terutama (dan juga yang paling sulit) adalah perang terhadap diri sendiri. 
Terhadap ketakutan, 
kemalasan, 
kesombongan, 
keserakahan,
amarah


Kemenangan terhadap diri sendiri akan mendahului kemenangan terhadap tantangan hidup lainnya yang berasal dari luar diri sendiri.