Thursday, February 16, 2012

Tersadar..

Saya sudah sering mendengarkan penjelasan tentang dua hal berikut :
Pertama, Prinsip Pareto
Kedua, Prinsip Orang Jepang

Tapi baru kali ini saya semakin sadar dan memahami bahwa penjelasan tersebut hanya sampai pada aspek kognitif saya semata tetapi sangat minim aplikasinya dalam kehidupan saya sehari-hari.
Mengapa?

Pertama, Prinsip Pareto

Prinsip Pareto berkata bahwa
 for many events, roughly 80% of the effects come from 20% of the causes.
80% of world's income come from 20% of richest persons in the world
80% of your profits come from 20% of your customers
80% of your complaints come from 20% of your customers
80% of your profits come from 20% of the time you spend
80% of your sales come from 20% of your products
80% of your sales are made by 20% of your sales staf

Seorang bijak yang menghadapi banyak masalah tahu persis bahwa dia tak bisa menyelesaikan semua masalah. Oleh karena itu dia bekerja dengan prioritas. Mengapa prioritas? Karena tak semua masalah itu penting dan berdampak luas. Sementara itu, ada sedikit masalah yang kalau dibiarkan justru akan berakibat besar. Maka mereka pun mengikuti saran Vilfredo Pareto bahwa ada 20% masalah yang menimbulkan dampak sebesar 80% dari hasil yang dicapai. Mereka menemukan yang 20% itu dan fokus di sana.

Oke, itu teori nya. Itu penjelasan nya. Saya tahu itu semua.
Tetapi pertanyaan pentingnya ialah : Apakah saya sudah mengimplementasikan nya?
Jawabannya masih sangat minim sekali. Secara tidak sadar saya sering sekali melakukan hal-hal yang bukan prioritas. Saya fokus kepada hal-hal yang kurang penting yang tidak memiliki dampak besar. Jika seandainya saya fokus kepada 20% saja hal-hal yang penting, maka saya bisa mendapatkan 80% hasil dari 100% hasil yang saya inginkan.

Untuk meraih hal-hal yang besar syaratnya ialah tahu prioritas. Mengenali 20% hal-hal penting dari semua hal-hal yang saya hadapi. Untuk tahu mana yang jadi prioritas, tentunya harus tahu apa yang menjadi visi hidup (apa yang hendak dituju). Jika saya sudah bertujuan untuk mendapat nilai A pada mata kuliah Kalkulus (misalnya), maka saya akan lebih memprioritaskan belajar daripada bermain futsal.

Ketika kita tahu tujuan, kita akan dengan mudah mengenali prioritas, tetapi biar pun kita sudah tahu prioritas, dibutuhkan kebijaksanaan untuk melakukan hal-hal yang lebih bersifat prioritas dan berkata TIDAK/TUNGGU pada hal-hal yang kurang penting yang tidak/kurang sesuai dengan tujuan awal kita.

Well, kehidupan menawarkan banyak pilihan. Ketika kita sudah punya tujuan, kita bisa memilih jalan/hal-hal yang mendekatkan kita pada tujuan. Kalau belum punya tujuan?? Kita akan diombang-ambingkan oleh banyaknya pilihan-pilihan dalam hidup.
Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul (1 Kor 9:26)
Kedua : Prinsip orang Jepang


Saya tahu prinsip orang Jepang dari cerita guru/dosen saya. Kita tahu bersama bahwa negara Jepang adalah negara yang miskin sumber daya alam. Sangat miskin. Kita juga tahu bagaimana Jepang diporak-porandakan oleh Amerika Serikat pada tahun 1945 dengan jatuhnya bom atom di negara tersebut.

Tetapi sekarang, di tahun 2012, kita mengenal negara Jepang adalah salah satu negara terpandang dan sangat maju. Mengapa bisa??
Yaa, orang Jepang punya prinsip yang selalu ditanamkan kepada anak-anaknya :
Nak, kita tidak punya apa-apa. Karena itu kalau kita "tidak berkeringat" kita akan mati.
Apalagi setelah peristiwa jatuhnya bom atom tahun 1945 di Jepang, praktis negeri matahari sudah hancur sehancur-hancurnya. Tetapi mental mereka memang jagoan. Tekanan dan siksaan hidup justru yang membakar semangat mereka untuk maju. Mental pejuang. Mental juara. Mental pemenang.

Oke, saya tahu itu semua. Dan lagi-lagi sejauh mana pengetahuan saya tentang ini berdampak terhadap hidup saya? Apakah saya mengimplementasikan nya? Lagi-lagi jawaban nya masih sangat minim.

Mungkin saya tidak sadar, bahwa seperti negeri Jepang, saya termasuk anak dari keluarga yang tidak punya kemewahan dari segi ekonomi. Kalau saya "tidak berkeringat" bagaimana saya bisa mandiri secara finansial?
Mungkin saya tidak sadar, bahwa seperti negeri Jepang, saya hanya orang perantau di pulau ini, jika saya "tidak berkeringat", bagaimana saya bisa memiliki banyak kolega?
Mungkin saya tidak sadar, bahwa seperti negara Jepang, saya jauh kalah dari segi fasilitas pendidikan dibandingkan teman-teman saya kebanyakan. Jika saya "tidak berkeringat" bagaimana saya bisa bersaing dengan mereka?
Mungkin saya tidak sadar, bahwa seperti negara Jepang, saya masih kalah dari segi pencapaian prestasi dari teman-teman saya dikampus. Jika saya "tidak berkeringat" bagaimana saya bisa mensejajarkan diri dari segi prestasi dengan mereka?

Saya terlalu banyak terlena dengan beribu teori hingga lupa bahwa mengaplikasikannya jauh lebih penting daripada sekedar tahu.

Semoga tulisan ini menjadi sebuah titik balik dan pengingat buat saya untuk lebih memperbaiki diri. Mengejar visi. Melakukan hal-hal yang luar biasa selama saya hidup. Seperti kata orang bijak :
Bekerjalah, seakan-akan anda mati besok hari. Bermimpilah, seakan-akan anda hidup seribu tahun lagi

Bandung, 16 Februari 2012

Harry Panjaitan
Menteri ESDM*


in progress

No comments:

Post a Comment