Saya baru sadar, bahwa ternyata saya masih punya rasa takut gagal. Saya siap menang tetapi tidak siap untuk kalah. Ketidaksiapan untuk kalah dan ketakutan akan kegagalan lah yang membuat saya tidak melangkah maju.
Logikanya, sama seperti opsi pak Dahlan ketika hendak melakukan transplantasi hati, bahwa :
- Jika dia tidak transplantasi hati, maka dia akan mati beberapa bulan lagi
- Jika dia transplantasi hati, maka dia mungkin hidup mungkin juga mati
Tapi pak Dahlan ambil resiko, dia bersedia transplantasi hati dengan segala konsekuensinya. Dia ambil opsi yang ada kemungkinannya untuk hidup yaitu transplantasi hati.
Hal itu juga berlaku buat saya,,
-Jika saya tidak maju, saya tidak akan pernah mendapatkannya
-Jika saya maju, saya mungkin mendapatkannya mungkin pula tidak mendapatkannya.
Saya akan maju. Saya akan bayar harganya. Ambil resikonya. Siap menang tetapi juga siap gagal. Disinilah diuji sekuat apa keinginan saya untuk mendapatkannya. Lagian, di dunia ini apa sih yang tidak ada resikonya? Saya menyeberang jalan saja ada resikonya. Saya mencolok ke stop kontak juga ada resikonya. Saya melangkah keluar rumah juga ada resikonya. Saya bahkan tidak keluar rumah juga ada resikonya.
Tidak ada yang salah dengan mencoba tetapi gagal, daripada tidak mencoba sama sekali, Saya lebih akan menyesali hal yang tidak saya lakukan daripada hal yang saya lakukan tapi gagal.
‘To try and fail is at least to learn; to fail to try is to suffer the inestimable loss of what might have been.’,
If you plan for the best, prepare for the worst.
Oke, i take it. Let there be fight..
No comments:
Post a Comment