Sunday, February 19, 2012

Insight baru dari Kuliah OMPI

Hari sabtu pagi 18 Feb 2012, saya mendapatkan sebuah insight baru dari mata kuliah OMPI (Organisasi Manajemen Perusahaan Industri) yang diajarkan oleh salah satu dosen terbaik versi saya yang pernah mengajar saya selama 4 tahun berkuliah di ITB.

Satu buah kalimat yang sangat membuat saya tersadar dan setuju adalah kalimat yang dikatakan oleh dosen saya berikut :
Untuk mencapai efektivitas dan efisiensi kerja, KEWENANGAN harus seimbang dengan TANGGUNG JAWAB.
Sekedar info bahwa yang dimaksud dengan efisiensi adalah tingkat pengelolaan sumber daya yang ada dalam mencapai tujuan. Jika kita bisa menghemat sumber daya tanpa mengurangi kualitas target kita, maka pekerjaan kita tersebut memiliki efisiensi yang tinggi. Singkat kata efisiensi adalah doing the things right.
Sementara itu efektifitas adalah tingkat keberhasilan kita dalam mencapai target. Jika target kita tercapai maka pekerjaan kita disebut efektif. Singkat kata efektivitas adalah doing the right things.


Mungkin gambar berikut bisa membantu untuk memahami perbedaan antara efektivitas dan efisiensi.




Terhadap isu ini, saya ingin memberikan contoh tentang peristiwa dimana Bapak Dahlan Iskan diminta oleh Presiden untuk menjadi Dirut PLN.

Ketika Pak Dahlan diminta untuk menjadi Dirut PLN, kondisi PLN saat itu begitu jelek. Krisis listrik terjadi dimana-mana dan rasio elektrifikasi yang masih rendah di Indonesia (masih banyak yang belum dapat listrik). Presiden SBY dan PLN kerap kali menerima cacian dan makian terhadap kondisi listrik yang begitu jelek waktu itu. Dengan kondisi PLN yang jelek itu, pak Dahlan diminta untuk menjadi Dirut PLN dengan tanggung jawab untuk memperbaiki kondisi PLN.

Dan disinilah letak kejeniusan Pak Dahlan. Inilah bagian yang menjadi pembelajarannya.
Begitu pak Dahlan diberikan tanggung jawab yang besar tersebut, pak Dahlan langsung meminta diberikan sebuah kewenangan. Kewenangan itu ialah kewenangan untuk memilih sendiri jajaran direksi di PLN. Jika kewenangan itu tidak diberikan Pak Dahlan tidak bersedia menerima tanggung jawab menjadi Dirut PLN. Sebagai info, pak Dahlan adalah Dirut BUMN pertama yang diberikan kewenangan seperti itu sejak negara ini merdeka tahun 1945 (wow!).

Lalu mengapa beliau meminta diberikan kewenangan tersebut? Tujuannya hanya satu. Pak Dahlan ingin membentuk jajaran direksi yang kompak pilihannya sendiri untuk menahkodai perusahaan BUMN kedua terbesar di Indonesia tersebut. Pak Dahlan tidak ingin ada direktur-direktur PLN yang dipilih oleh orang lain selain dirinya sendiri. Pak Dahlan ingin menghindari intervensi pihak asing terhadap pemilihan direksi yang berusaha mencari keuntungan pribadi yang pada ujungnya merugikan PLN sendiri dan Pak Dahlan secara tidak langsung. Jika jajaran direksi kompak, permasalahan seberat apapun pasti bisa dilalui. Pak Dahlan tahu, untuk bisa menjalankan beban tanggung jawab yang diberikan padanya, kekompakan jajaran direksi PLN adalah syarat pertama yang harus dipenuhi terlebih dulu.

Dari kasus tersebut kita bisa melihat kejelian Pak Dahlan dalam meminta wewenang ketika beliau diberikan tanggung jawab oleh Presiden SBY untuk menjadi Dirut PLN. Dia berusaha menjaga agar tanggung jawabnya seimbang dengan kewenangan yang diberikan juga kepada nya sebagai seorang Dirut PLN.

Lalu apa aplikasinya buat saya. Dari isu ini, saya punya prinsip baru : Jika suatu saat saya diminta untuk menanggung jawabi sebuah hal, maka saya perlu tahu kewenangan yang diberikan kepada saya. Bukan apa-apa, saya hanya ingin agar tanggung jawab itu nantinya bisa saya jalankan dengan baik dan memuaskan orang-orang yang sudah mempercayakan tanggung jawab tersebut.

Thanks buat kuliah OMPI dan tentunya buat tokoh yang paling saya kagumi, Pak Dahlan Iskan.

Harry Panjaitan
Menteri ESDM*

in progress

No comments:

Post a Comment