Two roads diverged in a yellow wood,
And sorry I could not travel both
And be one traveler, long I stood
And looked down one as far as I could
To where it bent in the undergrowth;
Then took the other, as just as fair,
And having perhaps the better claim,
Because it was grassy and wanted wear;
Though as for that the passing there
Had worn them really about the same,
And both that morning equally lay
In leaves no step had trodden black.
Oh, I kept the first for another day!
Yet knowing how way leads on to way,
I doubted if I should ever come back.
I shall be telling this with a sigh
Somewhere ages and ages hence:
Two roads diverged in a wood, and I..
I took the one less traveled by,
And that has made all the difference.
And that has made all the difference...Dan itu mengubah segalanya...
Pernahkah anda berada dalam persimpangan kehidupan yang dihadapkan dengan beberapa pilihan? Pernahkah anda mengambil pilihan dalam hidup ini yang sepengetahuan anda tidak pernah dipilih orang? Atau jarang sekali dipilih oleh kebanyakan orang?
Orang-orang yang berhasil mencatatkan namanya dalam sejarah adalah orang-orang yang berani berbeda memilih jalan yang tidak pernah/jarang dilalui orang. Copernicus diingat sampai sekarang karena berani berbeda dari semua orang dengan teori kontroversialnya kala itu : bahwa bumi bukanlah pusat semesta. Colombus memilih jalan yang tidak pernah dilalui orang dengan melakukan breakthrough menemukan benua Amerika. Ciputra berbeda karena memilih berinvestasi untuk membangun Ancol dimana kala itu tidak ada seorangpun yang mau berinvestasi disana. Daftar ini bisa bertambah panjang jika ingin diteliti lebih lanjut. Mereka semua adalah pioner. Mereka semua adalah trendsetter. Mereka semua adalah pelopor dan perintis. Dan karena keberanian dan kemampuan mereka memilih jalan yang jarang dilalui orang, mereka tercatat dalam sejarah dunia.
Saya sendiri hingga sampai saat ini (sepertinya) belum pernah melakukannya. Dari keseluruhan jalan-jalan yang telah saya lalui di beberapa persimpangan kehidupan, saya selalu memilih jalan yang paling sering dilalui orang. Saya terlalu takut untuk tampil berbeda dari orang lain. Saya terlalu pengecut untuk memilih cara hidup yang hati saya berkata "A" tetapi saya memilih "Z" hanya karena orang banyak sudah menempuh cara itu. Hasilnya, saya hanya menjadi follower. Saya ikut arus orang kebanyakan.
Dan kali ini salah satu persimpangan jalan yang sebentar lagi akan saya jumpai ialah "jalan manakah yang akan saya pilih setelah lulus kelak?"
Dari jarak yang tidak begitu jauh lagi dari "persimpangan" tersebut, saya hanya melihat dua cabang jalan. Cabang yang satu (yang telah banyak dilalui oleh orang) ialah "Mencari Pekerjaan" dan cabang yang lain (yang jarang dilalui oleh orang) ialah "Menciptakan Pekerjaan". Tapi saya juga melihat samar-samar ada cabang yang lain (yang katanya cukup banyak dilalui oleh orang) adalah "Mencari Perkejaan Lalu Menciptakan Pekerjaan". Tapi entah mengapa pandangan saya belum cukup jelas untuk melihat jalan itu. Mungkin setelah saya sampai disimpang tersebut, jalan ketiga itu akan lebih jelas arahnya.
Tapi intinya, ada dua jalan yang saya lihat sekarang sebelum saya sampai sedikit lagi di persimpangan itu. Saya hanya ingin ketika sampai di persimpangan nanti, saya sudah punya pilihan jalan mana yang harus saya ambil. Saya tidak ingin berlama-lama disimpang karena kebingungan dalam memilih jalan. Sebelum saya sampai dipersimpangan sebentar lagi, saya harus memikirkan dengan cermat pilihan saya. Satu pilihan ini akan menentukan masa depan saya.
Untuk seterusnya, saya tidak akan memilih jalan hidup hanya karena jalan itu sudah dilalui oleh banyak orang. Saya ingin memilih jalan hidup hanya karena "Lentera Jiwa" saya yang menuntun saya. Apakah pada akhirnya lentera itu menuntun saya pada jalan yang sering dilalui orang ataukah lentera itu menuntun saya pada jalan yang jarang dilalui orang. Saya tidak akan membuat pilihan hanya karena di-drive oleh rasa takut saya. Jika lentera jiwa menuntun saya untuk memilih jalan yang jarang dilalui oleh orang, saya akan menjalaninya dan jika lentera jiwa (bukan rasa takut) menuntun saya untuk memilih jalan yang telah sering dilalui oleh orang, saya juga akan menjalaninya. Saya ingat kata-kata dari Bapak TB Silalahi ketika beliau berkunjung ke asrama Yayasan Soposurung : "Dimanapun emas tetaplah emas". Ya, saya adalah emas. Hidup saya berharga. Dan kemanapun Lentera Jiwa menuntun jalan hidup saya, saya tetaplah emas.
Untuk seterusnya, saya tidak akan memilih jalan hidup hanya karena jalan itu sudah dilalui oleh banyak orang. Saya ingin memilih jalan hidup hanya karena "Lentera Jiwa" saya yang menuntun saya. Apakah pada akhirnya lentera itu menuntun saya pada jalan yang sering dilalui orang ataukah lentera itu menuntun saya pada jalan yang jarang dilalui orang. Saya tidak akan membuat pilihan hanya karena di-drive oleh rasa takut saya. Jika lentera jiwa menuntun saya untuk memilih jalan yang jarang dilalui oleh orang, saya akan menjalaninya dan jika lentera jiwa (bukan rasa takut) menuntun saya untuk memilih jalan yang telah sering dilalui oleh orang, saya juga akan menjalaninya. Saya ingat kata-kata dari Bapak TB Silalahi ketika beliau berkunjung ke asrama Yayasan Soposurung : "Dimanapun emas tetaplah emas". Ya, saya adalah emas. Hidup saya berharga. Dan kemanapun Lentera Jiwa menuntun jalan hidup saya, saya tetaplah emas.
Tetapi jika harus jujur, saya punya perasaan yang kuat bahwa Lentera Jiwa menuntun saya untuk memilih jalan yang jarang dilalui orang. Saya tidak bisa membohongi diri saya. Tetapi hingga sekarang saya tidak yakin apakah saya akan mampu menjalaninya. Saya belum punya cukup punya nyali untuk memilih jalan itu. Saya juga belum punya cukup kemampuan untuk melaluinya. Jalan itu sulit, berbatu, berbelok-belok, penuh tantangan dan kejutan. Saya belum siap walaupun Lentera Jiwa saya mengatakan itulah jalan hidup saya. Jika saya belum punya cukup keberanian dan kemampuan sampai saya tiba di persimpangan itu, maka saya tentu akan memilih jalan yang sudah banyak dilalui orang. Tetapi untuk jalan yang satunya lagi dibutuhkan effort yang lebih besar. In the end, hanya ada satu pertanyaan yang tersisa : Apakah saya mau memberikan effort yang besar untuk mampu memilih jalan itu?
I want to be a trendsetter not follower! I want to be a pioneer not imitator!
I will do things only because of me not because people say so
I want to be a trendsetter not follower! I want to be a pioneer not imitator!
I will do things only because of me not because people say so
No comments:
Post a Comment