Kemarin, tidak terasa saya sudah menghabiskan waktu selama hampir 3 jam membaca buku Mimpi Sejuta Dolar yang merupakan kisah sukses Merry Riana. Walaupun masih membaca seperempat buku, tapi sejauh ini buku itu benar-benar sangat menginspirasi saya. Ketika membaca buku itu, saya tiba-tiba teringat dengan cerita nyata dimana seorang ayah yang kaya raya mengirimkan putrinya pergi untuk kuliah di Amerika Serikat. Tetapi ternyata si ayah berniat tidak hanya memberikan kuliah akademik bagi putrinya tersebut. Si ayah juga berniat memberikan "kuliah kehidupan".
Si ayah kaya yang bijak ini sengaja hanya memberikan sedikit uang untuk biaya hidup putrinya disana. Sangat minim. Uang tersebut hanya cukup untuk biaya makan kira-kira 15 hari dalam sebulan. Itu hanya untuk biaya makan saja. Tidak ada biaya untuk belanja lainnya. Dengan begitu, si putri ini harus bisa mencari sendiri uang untuk membiayai biaya hidupnya.
Si putri yang merasa heran dengan tindakan ayahnya bertanya mengapa ayahnya tega berbuat seperti itu padanya. Dan jawaban si ayah ini membuat saya terhenyak sekaligus salut. Si ayah berkata "Nak, saya tidak ingin mengambil hak mu untuk berjuang"
Terkadang ketika kita ada dalam posisi sulit, entah bagaimana suvival instinct kita akan bekerja. Keadaan sulit membuat kita memutar otak untuk mencari jalan keluar dan mendorong kita untuk bisa survive. Dan seringkali kondisi sulitlah yang mencetak kita menjadi pribadi yang luar biasa.
Hal ini lah yang saya lihat dari orang-orang yang hidupnya luar biasa. Mereka dibentuk oleh kondisi sulit dan berhasil survive. Tidak hanya sekedar survive, mereka juga berhasil meraih pencapaian-pencapaian yang luar biasa dalam hidupnya. Sangat mudah untuk menemukan contohnya di Alkitab ataupun didunia saat ini. Di dalam Alkitab kita bisa lihat kisah hidup Yusuf, Abraham, Ayub, Daud, ataupun Daniel. Di dunia saat ini, kita bisa lihat kisah hidup Ciputra, Andianto Setiabudi, Sandiaga Uno, Merry Riana dan masih banyak lagi. Saya melihat benang merah diantara mereka adalah bahwa kesuksesan meraka dibentuk oleh kondisi-kondisi sulit. Tetapi kondisi sulit seperti itulah yang membuat mereka semakin kuat, semakin bertumbuh.
Saya jadi ingat sebuah kalimat bijak dan semakin yakin dengan isinya. Bahwa :
There is no growth in comfort zone, and there is no comfort in growth zoneSaya pun akhirnya menyadari bahwa saya harus waspada ketika saya merasa sudah nyaman dan semua berjalan normal. Karena itu artinya saya tidak akan bertumbuh. Jika ingin "naik kelas", saya harus segera menempatkan diri saya di zona bertumbuh walaupun rasanya tidak nyaman. Tetapi itulah harga yang harus dibayar jika saya ingin bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik.
Soli Deo Gloria
Bandung, 18 April 2012
No comments:
Post a Comment