Wednesday, June 27, 2012

Kasih itu tidak egois

Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan (1 Korintus 13)

Ada sebuah jurang perbedaan antara apa "Yang Seharusnya" dengan apa "Yang Sebenarnya Terjadi".
Saya akan menjelaskannya dalam konteks cinta muda-mudi.

Yang Seharusnya...
Ketika kita mengasihi lawan jenis kita (pacar atau seseorang yang ingin kita dekati), maka yang seharusnya menjadi dasar kita dalam mengasihi adalah dengan melakukan tindakan-tindakan yang dijabarkan dalam Surat 1 Korintus diatas. Kalau kita memang mengasihi dia, maka kita harus sabar, murah hati, tidak cemburu, tidak memegahkan diri, tidak mencari keuntungan sendiri, tidak pemarah, dan seterusnya.

Yang Sebenarnya Terjadi...
Yang sebenarnya terjadi saat ini adalah bahwa saya menemukan masih ada keegoisan ketika saya mengatakan (dalam hati saya) bahwa saya mengasihi dia. Saya sendiri belum berhasil melakukan defenisi kasih diatas. Saya lupa bahwa kasih itu salah satunya ialah tidak egois. Saya diingatkan bahwa apabila saya memang benar-benar mengasihi dan mencintai seseorang, maka sudah sepantasnya saya memberikan yang terbaik dari diri saya untuknya. Saya tidak boleh berkata pada diri saya "kalau wanita itu seharusnya bisa menerima diri saya apa adanya ". Terkadang frasa menerima apa adanya menjadi pembenaran akan kemalasan saya untuk memberikan yang terbaik dari diri saya untuk dia. Selain itu, statement menerima apa adanya sebenarnya menunjukkan keegoisan saya sendiri. Saya lupa bahwa saya juga berharap yang terbaik dari wanita itu tetapi saya sendiri belum memberikan yang terbaik dari diri saya untuknya. Saya hanya menuntut wanita itu tanpa mengoreksi diri saya sendiri.

Jurang antara "Yang Seharusnya" dengan "Yang Sebenarnya Terjadi" sebenarnya muncul karena saya lupa akan makna kasih. Sekarang jurang itu sudah hilang tetapi sewaktu-waktu bisa muncul lagi ketika saya lupa (lagi) akan makna kasih sejati. Untuk itulah, saya, kita, perlu tuntuntan Tuhan setiap hari untuk bisa mengingat dan mengamalkan apa yang Firman Tuhan katakan.
Soli Deo Gloria..

3 comments:

  1. widiihh susah yaa kalo bung harry sudah angkat bicara ahhaha semangat harry !

    ReplyDelete
  2. widiihh kalo bung harry udah angkat bicara yaa hahaha semangat bung ! :p

    ReplyDelete
  3. hahaha.. pastinya semangat dong ren.. gmana ren, sepakat dengan tulisan ku ini atau ada tanggapan mungkin? hehehe :p

    ReplyDelete