Wednesday, December 7, 2011

Gideon : Ketika engkau meremehkan dirimu sendiri

Gideon?
Siapa yg tidak mengenalnya?
Dia itu sama terkenal nya dengan David Beckham zaman ini. Atau mungkin Barrack Obama.

Dia salah satu tokoh Alkitab yang diketahui sebagai salah satu hakim atas Israel. Gideon orang besar. Wajar saja. Dari para hakim-hakim yang pernah ditunjuk Allah atas Israel, selain Simson, Gideon lah yang paling panjang kisahnya yg ditulis dalam Alkitab. Gideon menjadi hakim atas Israel selama 40 tahun dan dibawah pimpinan nya bangsa asing tidak berani mengganggu bangsa Israel. (Hakim-Hakim 8:28)

Dia pemimpin besar. Semua tahu itu. Bangsa Israel yang walaupun dikenal adalah bangsa yang tegar tengkuk mampu dipimpin oleh Gideon selama hampir setengah abad lamanya. Dan dalam masa kepemimpinan nya, bangsa Israel adalah bangsa yang takut akan Tuhan. Walaupun bangsa Israel pada akhirnya berbalik kepada penyembahan berhala (Hakim-Hakim 8:33) setelah Gideon wafat.

Dia pemimpin yang berani. Tentu saja! Bagaimana mungkin Gideon maju menghadapi bangsa Filistin yang jumlahnya seperti pasir di tepi laut (Hakim-Hakim 7:12) dengan hanya 300 orang? 

Dia pemimpin yang taktis dan cerdas. Itu jelas. Hal itu terlihat dari cara Gideon menseleksi prajurit terpilih dan menyusun strategi perangnya melawan bangsa Filistin yang jumlahnya seperti pasir ditepi laut.

Walaupun ada beberapa kesalahan yang dibuat Gideon dalam hidup nya, tetapi kesuksesan yang dicapai Gideon berawal dari kesuksesan Gideon menaklukkan rasa rendah diri nya. Tentu saja, semua kesuksesan besar yang dicapai Gideon selama hidupnya adalah karena penyertaan Tuhan semata. Ketika Tuhan pertama kali memanggil Gideon dengan sebutan Pahlawan Yang Gagah Berani (Hakim-Hakim 6:12), respon Gideon saat itu justru lebih menunjukkan sifat pengecutnya. Gideon si tukang minder dan tidak percaya diri enggan akan panggilan Allah untuk menjadi hakim atas Israel. Gideon si tukang minder tidak yakin bahwa dirinya mampu menjadi hakim atas bangsa Israel yang besar. Apalagi saat itu bangsa asing tengah menjajah bangsa Israel. 

Allah bahkan sampai menegaskan kepada Gideon bahwa Allah akan menyertai Gideon ("Bukankah Aku yang mengutus engkau!" Hakim-Hakim 6:14). Tetapi rasa minder dan rendah diri Gideon telah menutup mata nya untuk melihat kebesaran Tuhan. Dia ragu akan panggilan Tuhan sama seperti dia ragu akan dirinya sendiri. Gideon pasti berpikir "Tuhan pasti salah orang nih!" . Kita mungkin mengatakan bahwa Gideon wajar minder dan ragu. Kita mungkin memberikan alasan yang sama seperti alasan yang diberikan Gideon kepada Tuhan. 
- Gideon hanya seorang pengirik gandum yang tidak punya pengalaman perang. Dia bahkan bukan seorang prajurit! (Hakim-Hakim 6:11)
- Gideon adalah kaum yang paling kecil diantara sukunya (Hakim-Hakim 6:15)
- Gideon pun adalah anak yang paling bungsu dalam keluarganya (Hakim-Hakim 6:15)
Karena alasan-alasan tersebut, Gideon yang masih ragu atas pemilihan Allah atas dirinya meminta tanda dari Allah. Sebuah tanda yang menunjukkan bahwa Allah yang pernah membebaskan nenek moyangnya dengan kuasaNya, Allah yang sama pula lah yang memanggil Gideon. Gideon meminta tanda dari Allah dan Allah memberikan tanda itu. Tetapi tunggu dulu... Gideon yang minder dan ragu tidak puas hanya meminta satu tanda. Untuk meyakinkan dirinya, Gideon bahkan sampai meminta Allah memberikan tanda sebanyak tiga kali!
Ya tiga kali. Bukankah itu menunjukkan betapa Gideon awalnya adalah orang yang minder, penakut, dan memandang rendah kemampuan dirinya sendiri. Pada tanda ketiga yang diberikan Tuhan, akhirnya Gideon percaya bahwa Tuhan memang memanggil dirinya untuk menjadi hakim atas Israel. Awalnya Gideon melihat bahwa dirinya sama sekali tidak memiliki potongan untuk menjadi hakim atas bangsa Israel. 
Namun, ketika Gideon melihat dirinya seperti Allah melihat Gideon, semuanya berubah.

Gideon yang minder kini telah menjadi Gideon yang percaya diri
Gideon yang penakut kini telah menjadi Gideon yang pemberani
Gideon yang sama sekali tidak punya pengalaman berperang kini bahkan telah berani untuk maju berperang
Gideon yang ragu-ragu kini telah menjadi Gideon yang percaya

Gideon menjadi sama seperti julukan Allah atas dirinya "pahlawan yang gagah berani". Kemenangan Gideon atas rasa minder nya merupakan titik awal dari kemenangan-kemenangan besar Gideon di kemudian hari. Rasa percaya diri nya muncul karena Gideon tidak lagi melihat dirinya dari kaca mata manusiawinya. Rasa percaya diri Gideon muncul karena Gideon melihat dirinya sebagaimana layaknya Allah memandang Gideon Si Pahlawan Yang Gagah Berani.

Lalu, apa pelajaran yang bisa kita petik dari kisah Gideon ini?
Kita semua mungkin pernah jatuh dalam perasaan minder dan rendah diri. Saya sendiri tengah berjuang melawan nya. Mungkin sama seperti Gideon yg minder, kita bisa memberikan alasan-alasan yang membenarkan kita untuk tidak yakin dengan kemampuan kita yang sudah diberikan Allah.
" Saya tidak memiliki kecerdasan untuk meraih prestasi yang memuaskan"
" Kulit saya hitam, mana mungkin bisa menjadi pemusik yang handal"
" Badan saya pendek tidak mungkin bisa menjadi MC"
" Hidung saya terlalu pesek, tidak mungkin ada wanita yang tertarik"
" Saya dari suku X, tidak mungkin bisa diterima dilingkungan rasial seperti ini"
" Dari dulu keluarga saya sudah miskin, mana mungkin bisa menjadi kaya"
dan banyak alasan-alasan lain yang boleh kita tambahkan sendiri. 

Tetapi satu kebenaran yang saya yakini adalah bahwa perubahan itu dimulai dari dalam keluar. Jika kita ingin membuat perubahan yang positif bagi lingkungan kita, kita harus terlebih dulu merubah diri kita, merubah cara pandang kita terhadap diri sendiri. Melihat diri kita sebagaimana Allah melihat kita sebagai ciptaan Nya yang berharga yang bahkan rela menyerahkan Kristus untuk menyelamatkan kita.
Tentu Kristus mati bukan untuk sesuatu yang sia-sia, bukan?
Kristus mati untuk sesuatu yang berhaga, yaitu anda dan saya, kita semua. Seberharga itulah Allah melihat kita ciptaan Nya. Dan jika kita masih memandang rendah diri kita sendiri, bukankah itu adalah sesuatu yang aneh?

Jadi, sekarang..
Lihat ke kaca dan katakan lah pada diri kita sendiri, "aku berharga karena Kristus memandangku berharga". Harga diri kita sebagai orang Kristen senilai dengan darah Kristus yang tercurah di kayu salib. Karena itulah Kristus rela mati buat kita.
Buanglah jauh-jauh rasa minder dan tidak yakin dengan kemampuan diri kita. 

Karena kalau Allah yang memanggil, tidak ada yang mustahil.

No comments:

Post a Comment