Bandung, 8 juni 2011, KP hari ini dimulai jam 9 pagi lewat sedikit. Dan berakhir jam setengah 12. Sekian.
Dari KP kali ini, kami mendapatkan permasalahan-permasalahan yang ada di PLN Area Pengaturan Distribusi (APD) Bandung sebagai berikut :
1. Pembangunan saluran transmisi yang sering terkendala oleh para penduduk yang tidak mau, diatas tanah nya dilewati saluran kabel transmisi. Padahal konon menurut pembina kami (Pak Pepen), beliau pernah melihat dokumen2 tempoe doeloe yang menyatakan beberapa tanah milik PLN "dijarah" oleh warga dan dibangun pemukiman. Padahal tanah tersebut awalnya direncanakan utk pembangunan saluran transmisi.
Sebenarnya masalahnya sederhana saja, tanah yang diatas nya dilalui oleh saluran kabel transmisi biasanya akan mengalami penurunan harga yang amat sangat drastis sekali. Lagipula, siapa yang mau tinggal dibawah saluran transmisi tegangan tinggi?
Selama ini dalam membangun saluran transmisi pihak PLN tidak pernah menyewa tanah yang akan dilalui oleh saluran transmisi. Akibatnya, pernah ada berita bahwa tiang listrik PLN dirusak oleh warga yang tidak ingin tanahnya dilalui kabel. Konon katanya, ada wacana PLN untuk mengadopsi sistem Malaysia dimana tanah yang akan dilalui oleh kabel transmisi disewa oleh perusahaan listrik malaysia (PLN-nya malaysia). Tapi sampai sekarang belum terlaksana. Mungkin karena alsan budget tidak memadai. Kendala lainya mungkin ialah,tanah yang dilalui oleh kabel tersebut berada diatas tanah yang dimiliki oleh orang2 yang berbeda. Sehingga untuk kabel transmisi yang panjangnya lebih dari 32 km, repot urusan sewanya sampai mencapai harga deal
2.Pemeliharahan berkala (sperti 3 bulan sekali, 6 bulan sekali, 1 tahun sekali, atau 2 tahun sekali) dianggap kurang efisien. Hal ini disebabkan banyak perusahaan yang tidak mau listriknya mati. Karena jika mati beberapa detik saja, mereka akan mengalami banyak kerugian. Opsi lain ialah pemeliharaan apabila dideteksi ada gangguan saja sehingga intensitas pemadaman dapat dikurangi.
3. Setiap peralatan dengan suatu rating tertentu akan mengalami penyusutan dalam hal kualitas. Pertanyaan nya, berapa lami peralatan itu bisa diprediksi untuk dipakai? Contohnya CB SF6 dengan rating tertentu. Sampai saat ini PLN belum memiliki alat yang bisa mendeteksi ada nya kerusakan pada CB SF6. Semakin lama usia CB, maka tentu kualitasnya semakin berkurang. Apakah harus menunggu meledak dulu baru CB nya diganti? Yang pasti tidak. Nah, adakah suatu metode yang bisa memprediksi umur CB tersebut sehingga bisa dilakukan peremajaan peralatan.
Seperti kita ketahui bersama, pada CB ada uji elektromekanik yang bertujuan untuk menghitung berapa lawa waktu CB akan Open ketika ada gangguan. Biasanya waktu open CB berkisar 40 milisekon. Untuk CB vaccum, Ketika umur CB yang bertambah tua maka tentu kualitas nya akan menurun yang otomatis akan mempengaruhi waktu open nya. Bahayanya adalah, kalau waktu open nya semakin lambat, maka arching akan lebih besar dan dapat meledakkan GI tersebut (dulu pernah kejadian di GI Cibinong). Untuk CB vaccum, sampai sekarang belum ada indikator yang bisa mengatahui apakah CB tersebut masih vaccum atau telah terjadi kebocoran akibat usia atau hal2 lain. Gas SF6 ataupun hampa udara dalam CB berfungsi untuk memadamkan busur api yang mungkin terjadi. Sebagaimana kita tau api tidak akan bisa menyala pada kondisi hampa udara. Begitu juga api tidak bisa menyala dalam gas SF6.
4. Hambatan dipengaruhi oleh suhu. Ketika suhu naik, akan terjadi pemuaian yang berarti nilai resistansi bertambah. Hubungan hambatan dan suhu adalah liniear berdasarkan rumus
R2 = R1 [1 + alfa (T2-T1) ]
Ketika arus yang melewati arus sangat besar maka akan terjadi panas yang tinggi. Panas akan mengakibatkan kerusakan pada peralatan. PLN sampai saat ini belum memiliki sistem pendingin. Untuk pendingin masih mengandalkan udara dari ruang terbuka. Berbeda dengan di Malaysia yang ketika kita masuk GI nya akan terasa adeemmmmm sekali (menurut penuturan Pak Pepen)
5. Normalnya, trafo harus diletakkan ditengah2 feeder (penyulang), sehingga arus bisa terdistribusi secara merata. Dimana beban yang paling besar pada penyulang (feeder) diletakkan paling dekat dengan trafo. Namun, pada gardu induk yang pernah kami kunjungi (GI Ujung Berung), letak trafo berada di paling ujung sehingga arusnya tidak merata dan terpusat kepada satu sisi saja. Akibatnya, akan terjadi panas berlebih dan mengakibatkan kerusakan.
6. Metode pemakaian double busbar sebenarnya lebih efektif. Karena ketika satu busbar dalam pemeliharaan, masih ada busbar lain yang bisa dipakai. tapi PLN sekarang memakai single busbar (GI ujung berung). PLN sempat memakai double, tapi akhirnya hanya make single aja. Big Question for us.
Sekian catatan harian Kerja Praktek hari ini.. Kalau ada yang kurang, sok ditambah oleh kawan2 JUPENTINI's yang lain.
Salam Kuat!!!
Grup JUPENTINI's (JUragan pePEN, panjaiTan, sINondang, jimI, ramo's)
No comments:
Post a Comment