Wednesday, October 26, 2011

2 telinga 1 mulut

Yakobus 1 : 19-20
Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini : setiap orang hendaklah
CEPAT UNTUK MENDENGAR, TETAPI LAMBAT UNTUK BERKATA-KATA,DAN JUGA LAMBAT UNTUK MARAH.
Sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.

Aku yakin klo Allah menciptakan kita dengan sangat baik. Dia menciptakan tangan untuk bekerja, kaki untuk
melangkah, mata untuk melihat, telinga untuk mendengar dan sebagainya. Setiap ciptaan Allah memiliki
tujuan dan maksud tersendiri. TUhan tidak pernah bermain dadu. Artinya Dia menciptakan segala sesuatu dengan
penuh perencanaan.

Manusia diberikan Tuhan 2 telinga dan 1 mulut. Artinya kita harus lebih banyak mendengar daripada berbicara.

Pada kitab Yakobus 1 ayat 19, perihal mendengar dan berkata-kata ini dikaitkan dengan amarah. Kenapa demkian?
Aku pribadi pernah mengalaminya. Aku pernah sangat marah dan kesal kepada orang tuaku. Pernah suatu ketika
hari pembagian raport di SMP, seluruh orang tua siswa diundang untuk datang dan menerima buku laporan prestasi
anaknya. Di sekolah kami, setiap siswa yang berhasil meraih juara dipanggil maju ke depan barisan dan menerima
hadiah. Waktu itu aku tidak hanya berhasil meraih juara 1 umum saja, tetapi meraih gelar "the best of boy student"
semester itu. Aku dipakaikan jubah kebesaran dan betapa bangganya diriku saaw itu. Disaksikan oleh para orangtua
dan seluruh teman2ku aku maju kedapan dan memakai baju kebesaran itu. Itulah saat2 yang paling menggembirakan
sekaligus menyedihkan. Menggembirakan karena usaha keras yang kukerahkan tidak sia-sia. Aku sangat bertekad untuk
sekali saja merasakan sensasi memakai jubah itu. Dan aku berhasil. Menyedihkan karena disaat seperti itu
orang tuaku tidak bisa hadir melihatku. Singkat cerita aku sangat kesal dan marah kepada orang tuaku. Begitu sampai
di rumah kusampaikan segala kekesalan dan kekecewaanku pada kedua orang tuaku tampa terlebih dahulu
menanyakan mengapa mereka tidak bisa datang. Aku yakin orang tuaku sangat menyayangiku. Aku bersyukur
kepada Tuhan karena memiliki orang tua seperti mereka. Tapi entah kenapa amarahku membuat aku tidak bisa berpikir
jernih dan merasa kalau mereka tidak sayang lagi kepadaku.

Akhirnya orantuaku mengutarakan alasan kenapa mereka tidak bisa datang. Ibuku juga adalah wali kelas dan juga
membagi raport disekolahnya. Ayahku juga memiliki tugas penting dikantornya yang tidak bisa ditunda.
Ketika mereka menjelaskan alasannya, aku menyesal karena telah berpikiran buruk terhadap orang tuaku.
Itu semua karena aku tidak mau terlebih dahulu mendengar alasan mereka melainkan langsung mengatakan kemarahanku
pada mereka.

Kampus kehidupan. Seumur hidup adalah masa belajar. Seseorang yang berhenti belajar berarti ia sudah mati.

No comments:

Post a Comment