Bagi kesehatan spiritual dan moral seseorang, seringkali "rasa tidak damai sejahtera" berfungsi sama dengan rasa sakit pada tubuh. Rasa tidak damai sejahtera (kekeringan rohani) lah yang menjadi indikator bagi pikiran bahwa ada yang salah dalam hal relasi kita dengan Tuhan.
Sebuah analogi muncul dari teori pemindai (scanner theory) tentang penyebab kanker. Teori ini dicetuskan oleh Dr.M.Scott Peck dalam bukunya A World to Be Born. Teori ini menyatakan bahwa kanker yang tidak bisa disembuhkan pada hakikatnya bukan oleh kanker itu sendiri tapi karena sistem deteksi yang rusak. Menurut teori ini, sel-sel sehat dalam tubuh secara rutin berubah menjadi sel-sel kanker. Tapi, dalam tubuh terbangun sebuah sistem deteksi serta sebuah mekanisme yang mulai berfungsi untuk mengidentifikasi sel-sel kanker dan menghancurkan sel kanker tersebut sebelum mereka bisa mengambil kendali. Dampak fatal bukan didatangkan oleh kanker itu sendiri, tapi oleh rusaknya sistem deteksi tersebut.
Ketika rasa tidak damai sejahtera tersebut kita singkirkan dan menganggapnya tidak penting, kita tidak akan menyadari bahwa relasi kita dengan Tuhan makin hari makin jauh. Saya sudah melihat beberapa orang yang merasa "baik-baik" seakan tidak ada yang salah walaupun tidak pergi ke gereja 3-4 kali berturut-turut. Saya sudah pernah mengalami perasaan yang baik-baik saja meskipun saya melakukan apa yang jahat dimata Tuhan. Saya bahkan sedang mengalami perasaan yang datar saja walaupun saya makin hari makin sering tidak melakukan disiplin rohani (PA dan Saat Teduh).
Bagaimana saya dan orang tersebut bisa sampai ke level "baik-baik" saja walaupun ada yang salah dalam relasi dengan Tuhan. Yang pasti, itu tidak terjadi dalam satu malam. Ada proses akumulasi.
Awalnya kita tidak bersaat teduh hari ini. Roh Kudus tentu akan mengingatkan kita untuk mengambil waktu teduh dengan Tuhan. Tetapi kita lebih memilih aktivitas lain ketimbang saat teduh. Roh Kudus terus mengingatkan kita sehingga muncul rasa tidak damai sejahtera. Perasaan itu seharusnya cepat disadari bahwa ada yang salah dalam diri kita. Tetapi kita malah mengesampingkannya. Awalnya mungkin sulit, tetapi lama kelamaan perasaan yang seharusnya menjadi indikator tersebut makin hilang dan lenyap karena kita terus mengabaikannya. Akhirnya kita kehilangan kepekaan rohani dan tidak bisa merasakan bahwa "sel-sel kanker rohani" tengah menguasai sel-sel rohani kita yang sehat.
Sistem Deteksi Rohaninya sudah tidak berfungsi dengan baik. Dan sama seperti penyakit kanker, perlahan-lahan kerohaniannya akan lumpuh dan mati. Kita akan merasa baik-baik saja ketika kita tidak berdoa, tidak ke gereja, tidak ke persekutuan, tidak membaca Alkitab, dan bahkan ketika kita melakukan dosa. Semua baik-baik saja. Dan saat itulah iblis sedang mengontrol hidup kita.
Lalu apa yang kita lakukan ketika apa yang kita kerjakan menjadi tidak maksimal dan malah berantakan karena tidak merasa damai sejahtera? Kita bisa mengabaikan perasaan itu atau sebaliknya, kita bersujud memohon ampun kepada Allah.
No comments:
Post a Comment