Buku setebal 260 halaman ini merupakan salah satu buku yang paling memuaskan saya secara rohani. Ada beberapa konsep fundamental yang saya yakini tentang iman Kristen berubah setelah membaca buku ini. Saya baru sadar kalau konsep saya selama ini kurang tepat. Ada juga beberapa konsep iman Kristen yang saya pegang yang semakin diteguhkan melalui pemaparan dalam buku ini. Berikut adalah apa yang sudah saya dapatkan setelah membaca hampir 3/4 buku ini.
Hari Baik dan Hari Buruk
Dalam hidup kristiani kita, ada masa dimana kita mengalami hari-hari yang baik secara rohani. Kita memulai pagi dengan membaca Alkitab dan berdoa. Dan karena itu kita merasa Allah akan memberikan berkat Nya kepada kita dan akan menyertai kita. Kita mungkin merasakan hadirat Allah sepanjang hari itu. Tapi ada juga masa-masa dimana kita mengalami hari-hari yang buruk secara rohani ketika tampaknya segala sesuatu sudah berjalan dengan keliru dan kita merasa sangat bersalah. Waktu beker berbunyi, kita tidak bangun tetapi mematikan nya dan tidur lagi. Ketika akhirnya kita bangun, sudah terlambat untuk bersaat teduh, lalu kita cepat-cepat sarapan dan dengan rusuh melakukan kegiatan hari itu. Kita merasa bersalah karena tidur terlalu lama dan melewatkan saat teduh. Sepanjang hari itu segala sesuatu pada umumnya berjalan tidak mulus. Kita jadi cepat marah dan tentunya tidak merasakan hadirat Allah sepenuhnya.
Lalu, apakah Allah akan memberkati kita pada hari-hari baik saja dan tidak memberikan berkatnya pada hari-hari buruk kita? Apakah Allah bekerja secara demikian? Tentu saja tidak karena berkat Allah tidak bergantung pada kinerja kita.
Memang terkadang saya tergoda untuk berpikir bahwa berkat Allah atas hidup kita ditentukan oleh kinerja rohani saya. Jika kinerja saya bagus dan hari saya "baik", saya pikir kedudukan saya tepat untuk menerima berkat dan penyertaan Allah dan akan menjadi kebalikan nya jika kinerja saya buruk dan merasa saya tidak akan diberkati Allah dan tidak akan disertai Allah. Saya merasa sangat bersalah dan tidak layak.
Tetapi sebuah pertanyaan inilah yang meluruskan konsep saya selama ini.
Seberapa baik kah yang baik itu sehingga saya merasa layak mendapat berkat Allah?Jika semua firman Allah kita pakai sebagai patokan, seberapa baikkah kita menjalankan itu dalam hari-hari "baik" kita? Apakah kita sudah memegang teguh firman Allah secara sempurna? Kalau tidak, apakah Allah meringankan persyaratan? Apakah 90% merupakan angka kelulusan bagi Allah? Kita tahu bahwa Yesus bersabda, "Karena itu haruslah kamu sempurna sama seperti Bapamu yang disurga sempurna (Mat 5:48)". Kita juga ingat Yakobus menulis "Siapa saja yang menaati hukum taurat tetapi mengabaikan satu bagian saja, ia bersalah terhadap seluruhnya (Yak 2:10)
Bagaimanapun kinerja rohani kita, kita selalu bergantung kepada anugerah Allah. Ada hari ketika kita lebih sadar akan sifat berdosa kita sehingga kita lebih sadar pula bahwa kita butuh anugerahNya. Tetapi tidak pernah ada hari ketika kita bisa berdiri mantap mengandalkan kinerja kita sendiri ketika kita cukup layak untuk menerima berkat Nya.
Jika berkat Allah bergantung kepada kinerja kita, berkat itu tentunya akan kecil sekali. Kita tidak dapat memperoleh berkat Allah melalui ketaatan kita tetapi hanya melalui anugerah didalam Yesus Kristus.
Jerry Bridges menyimpulkan nya dengan sangat baik :
Hari terburuk anda takkan pernah sedemikian buruk sehingga anda berada diluar jangkauan anugerah Allah. Hari terbaik anda tidak akan pernah sedemikian baik sehingga anda tidak membutuhkan anugerah Allah.Setiap hari dalam kehidupan ini, hubungan kita dengan Allah adalah atas dasar anugerah semata. Kita tidak hanya diselamatkan oleh anugerah, tetapi juga hidup oleh anugerah itu setiap hari. Hal ini akan membawa kita pada poin berikutnya.
Kita perlu memberitakan Injil setiap hari kepada diri Kita
Kekeliruan saya selama ini adalah bahwa berita Injil adalah untuk orang yang belum percaya. Akibatnya saya sebagai orang yang sudah percaya, menjadi lupa bahwa saya masih butuh berita Injil untuk mengingatkan saya akan dosa-dosa saya yang sudah ditebus. Walaupun saya sudah hidup baru, tetapi saya tidak serta merta menjadi orang yang suci dan tanpa dosa. Kerap kali saya juga berbuat dosa dan saat itulah berita Injil membawa saya ke kayu salib, mengingatkan saya untuk mengaku dosa dan percaya bahwa Yesus sudah menebus dosa-dosa saya. Setelah sadar melakukan dosa, terkadang ada perasaan bersalah dan tidak layak yang berlebihan. Saya merasa bahwa Tuhan mungkin tidak akan memaafkan saya lagi karena keberdosaan saya. Tetapi disinilah pentingnya berita Injil buat orang yang sudah percaya. Berita Injil bukan sekedar untuk orang yang belum percaya, tetapi Injil ditujukan untuk orang yang berdosa. Walaupun sudah hidup baru, kita masih berbuat dosa dalam kehidupan kita sehari-hari (pikiran, perkataan, perbuatan baik yang disadari ataupun yang tidak disadari). Oleh karena itulah kita perlu memberitakan Injil pada diri kita sendiri. Tetapi apakah karena dosa kita sudah ditebus, maka kita boleh berbuat dosa sesuka nya? Jawaban atas pertanyaan ini akan membawa kita pada poin berikutnya
Disiplin Anugerah
Kata "disiplin" dan kata "anugerah" kelihatannya adalah kontradiksi. Disiplin menuntut usaha kita. Sebaliknya anugerah tidak tergantung atas usaha kita. Itu murni pemberian Allah. Ketika kita sudah lahir baru, secara otomatis karakter kita juga akan diperbaharui oleh Allah. Kita akan semakin hari semakin mencintai kebenaranNya (tidak sekedar melakukan kebenaranNya) dan membenci dosa.
Yehezkiel 36:26 berkata :
Aku akan mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan kamu; dari segala kenajisanmu dan dari semua berhala-berhalamu Aku akan mentahirkan kamu. Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya.
Saya semakin diteguhkan oleh pemahaman saya bahwa dalam hidup ini, kecuali keselamatan, semua butuh perjuangan kita dan penyertaan Tuhan. Setelah kita lahir baru, kita harus terus berusaha mendisiplinkan diri secara rohani (berdoa, saat teduh, penggalian Alkitab, dsb) sembari meminta penyertaan Allah. Tetapi harus diingat bahwa disiplin tanpa keinginan adalah pekerjaan yang membosankan. Lalu darimana datangnya keinginan untuk melakukan kehendak Allah dan mematikan dosa? Datang dari rasa syukur dan sukacita ketika kita tahu bahwa betapapun menyedihkan kegagalan saya, anugerah Allah lebih besar dari dosa saya. Oleh karena itu, kita juga harus terus memberitakan Injil kepada diri kita ketika kita gagal melakukan apa yang berkenan kepada Allah.
Soli Deo Gloria
No comments:
Post a Comment