Beberapa bulan teakhir ini, saya banyak membaca, merenung dan menulis tentang eksistensi Allah dan alasan mengapa saya menjadi Kristen. Buat saya kedua topik ini adalah dasar pemahaman yang harus saya miliki terlebih dahulu sebelum saya mulai memikirkan pemahaman tentang ilmu pengetahuan, sains dan engineering, isu-isu global, hukum, politik, dan sebagainya.
Yesus berkata :
Tetapi carilah dahulu kerajaan Allah dan KEBENARAN nya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu (Matius 6:33)Pernyataan Yesus tersebut menunjukkan bahwa pemahaman yang benar tentang Allah dan kebenaranNya haruslah menjadi dasar hidup setiap orang percaya. Jika kita sudah memiliki dasar pemahaman yang kuat, maka kita bisa memandang ilmu pengetahuan, sains engineering, hukum, politik, isu-isu global dari terang kebenaran Firman Tuhan. Semua hal lain akan disingkapkan ketika kita sudah memahami kebenaran Allah.
Iman kepada Kristus bukanlah iman yang "buta" yang tidak membutuhkan penjelasan atau bukti apapun. Iman harus mampu menopang rasio dan emosi kita sehingga iman kita bukan iman yang buta. Rumah keyakinan kepada iman Kristen haruslah memiliki dasar yang kuat sehingga "air bah" hikmat dan pengajaran-pengajaran duniawi ini bisa kita lalui dan kita tetap berdiri kokoh. Apalagi ditengah-tengah dunia postmodern seperti saat ini. Dasar yang kuat didukung oleh pemahaman yang kuat tentang apa yang kita percayai
Saya pernah membaca hasil survey yang dilakukan di Amerika yang mengatakan bahwa
"Kira-kira satu dari empat orang Kristen yang lahir baru percaya bahwa tidaklah penting kepercayaan yang anda ikuti karena semuanya mengajarkan hal-hal yang sama"Sungguh sangat memprihatinkan jika kita tidak memiliki pemahaman yang kuat atas apa yang kita yakini. Yesus jelas-jelas mengatakan bahwa Dia adalah jalan satu-satunya kepada Allah. Tidak ada yang lain.
Ketulusan dalam memercayai sesuatu tidak berarti bahwa kepercayaan itu bernilai. Ada banyak hal bodoh yang diajarkan sebagai kebenaran yang seharusnya tidak dipercayai oleh siapapun. Kita perlu bijak untuk tidak bertindak sesuai dengan kepercayaan tertentu jika tidak ada bukti yang mendukung kepercayaan tersebut. Orang tidak akan mempercayakan diri pada dokter untuk suatu operasi bedah jantung tanpa memastikan dulu bahwa dokter tersebut ahli di bidang jantung. Yang membuat suatu kepercayaan bernilai adalah objek dari kepercayaan tersebut dan pantas diikuti jika ada bukti-bukti yang menunjukkan bahwa objek tersebut memang layak untuk dipercaya.
Saya menemukan bahwa iman kepada Kristus mewadahi kehausan kita akan rasio. Yesus sendiri memakai logika dan menunjukkan berbagai bukti ketika mengundang orang untuk percaya. Salah satu hal penting yang membedakan kepercayaan Kristiani ialah : bertahan atau tidaknya kepercayaan kristiani didasarkan pada satu peristiwa saja dalam sejarah, yaitu kebangkitan Kristus. Jika kebangkitan Yesus tidak pernah terjadi, maka kepercayaan kristiani tidak pantas untuk dipercaya. Tetapi peristiwa ini sungguh terjadi dan buktinya sangat banyak.
Lebih jauh lagi, Yesus pernah berkata bahwa
Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati, dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu (Markus 12:29-30)Ini artinya iman menurut Alkitab adalah iman yang didukung oleh bukti (Yoh 21:24-25, 1 Yoh 1:1-2).
Ada sebuah ilustrasi seperti ini:
Seseorang ingin naik ke puncak sebuah gedung. Ia memencet tombol dan dua pintu lift terbuka. Bagian dalam ruang lift yang pertama sangat gelap sehingga lantainya bahkan tidak dapat terlihat dengan jelas dan tak ada seorang pun yang keluar dari lift itu.
Lift yang kedua cukup terang, dan seorang yang berbadan besar keluar dari situ.
Lift mana yang dapat memberi kita bukti terbaik bahwa lift itu akan sampai ke atas dengan aman?
Memang benar, masih dibutuhkan iman untuk masuk ke lift kedua. Namun itu adalah langkah iman dalam terang bukti yang baik. Lift yang satunya lagi bagaikan lompatan iman dalam gelap. Kepercayaan kristiani adalah seperti lift yang kedua.
Meskipun bukti, bahkan bukti yang bagus, itu ada, iman tetap diperlukan. Namun saya dapat mempercayai Allah atas apa yang tidak saya ketahui karena apa yang telah Dia singkapkan kepada saya, yang dapat saya ketahui dengan pasti. Saya dapat mempercayai Allah untuk hal-hal diluar pengetahuan saya, namun saya sudah memiliki bukti yang cukup bahwa Allah yang saya imani itu memang layak untuk dipercaya.
Memang, mempercayai sesuatu yang tidak kita ketahui mungkin tampak tidak bijak bagi sebagian orang. Tapi tahukah Anda, bahwa dalam banyak keputusan kita sehari-hari, kita juga menaruh kepercayaan terhadap orang, prinsip, atau hal-hal yang tidak ketahui sepenuhnya. Kita tidak dapat menyeberang jalan jika kita tidak percaya bahwa mobil yang ada dijalan tidak akan menabrak kita. Kita tidak dapat menyetir mobil jika kita tidak percaya bahwa ada bom yang mungkin diletakkan dalam mobil. Kita tidak akan datang ke kampus jika kita tidak percaya bahwa ada dosen yang akan mengajar dikelas. Dan masih banyak lagi contoh sederhana yang menunjukkan bahwa kita tidak dapat lepas dari kepercayaan kita terhadap sesuatu.
Begitu juga dengan iman Kristen. Dengan rasio kita dapat mengetahui bahwa Allah itu ada, namun tidak pernah dapat mengerti bagaimana Allah ada secara abadi dalam tiga pribadi.
Tetapi kita perlu menggaris bawahi bahwa setan juga percaya bahwa Allah ada (Yakobus 2:19), tetapi kita tahu bahwa mereka tidak percaya pada Allah dan justru menentang Allah. Jadi ada perbedaan antara dua macam "percaya". Iblis memiliki pengetahua rasional tentang Allah tetapi tidak memiliki relasi yang mempercayakan diri pada Allah. Jadi ada dua macam keputusan yang perlu dibuat ketika kita bersaksi. Pertama, seseorang harus memutuskan apakah ada bukti yang cukup untuk percaya bahwa Yesus memang benar sebagaimana yang dinyatakan Nya. Lalu keputusan yang lebih sulit adalah memutuskan apakah akan menaruh imannya didalam Kristus dengan percaya padaNya.
Demikian pula, bukti-bukti iman Kristen, sekuat apapun bukti itu, tidak akan bisa membuat orang mengambil keputusan untuk percaya pada Kristus. Roh Kuduslah yang harus bekerja supaya seseorang mau menerima Kristus.
Tetapi kita juga perlu untuk memiliki pengetahuan rasional tentang iman Kristen karena beberapa alasan :
1. Membantu menyingkirkan halangan intelektual seseorang terhadap iman Kristen lalu memberikan jalan bagi Roh Kudus untuk leluasa menginsafkan orang akan dosa-dosanya dan bertobat
2. Meneguhkan orang Kristen karena tahu bahwa iman nya dapat diterima secara akal budi
3. Menolong orang Kristen lebih pasti akan kebenaran iman nya sehingga lebih bersedia dan siap untuk melakukan penginjilan.
1 Petrus 3:15 mengatakan bahwa kita harus siap sedia memberikan jawaban terhadap orang yang bertanya mengenai dasar kepercayaan kita. Tetapi penting diingat bahwa setiap pertanyaan terhadap iman Kristen hampir selalu mengandung asumsi-asumsi awal, muatan emosi, maupun pengalaman orang yang bertanya. Kita harus terlebih dahulu mengidentifikasi muatan muatan tersebut (asumsi, emosi, pengalaman) sebelum memberikan jawaban. Keefektifan jawaban tergantung akan kepekaan dalam memahami pertanyaan dan meminta hikmat Roh Kudus. Diatas segala nya kenakanlah kasih sebagai dasar yang menggerakkan kita dalam memberikan jawab yaitu ingin membawa orang satu langkah lebih dekat kepada Kristus.
Sekian.
Referensi :
Conversational Evangelism (Norman Geisler dan David Geisler)
No comments:
Post a Comment