Wednesday, October 9, 2013

Mengapa Peristiwa Kebangkitan Yesus Tidak Mungkin Bohong?

Kebangkitan Yesus adalah dasar iman Kristen. Jika Yesus tidak bangkit maka sia-sialah iman Kristen. Lalu adakah alasan untuk kita bisa percaya pada peristiwa itu? Setidaknya ada beberapa daftar alasan yang bisa kita pertimbangkan sebelum menolak percaya pada peristiwa kebangkitan Yesus. Hanya butuh pemikiran yang kritis namun tetap rendah hati untuk mau mencari kebenaranya.

Sebelum mengupas alasannya, saya ingin kita memiliki pemahaman penting dan ingat akan hal ini :

1. Bahwa Alkitab adalah sebuah kumpulan dokumen sejarah yang telah berusia ribuan tahun yang ditulis oleh para penulis dari berbagai zaman.
2. Kitab Injil adalah 4 kitab yang ada dalam Alkitab yang terdiri dari kitab Matius, kita Markus, kitab Lukas, dan kitab Yohanes. Empat kitab Injil inilah yang menuliskan kelahiran, kematian, kebangkitan, dan kenaikan Tuhan Yesus ke surga.

Pertama. Dalam kumpulan dokumen-dokumen kuno yang ditulis dalam rentang waktu ribuan tahun dan dikumpulkan menjadi satu buku (baca : Alkitab), Yesus berkali-kali menubuatkan peristiwa kematian lalu kebangkitan-Nya pada hari yang ketiga. Disebutkan bahwa awalnya para murid Yesus tidak mengerti nubuatan Yesus itu. Mereka justru ketakutan dan lari berpencar ketika Yesus ditangkap di Taman Getsemani lalu dieksekusi mati (disalibkan). Bahkan ketika para murid mendengar lalu melihat kubur Yesus yang kosong, mereka sendiri (awalnya) tidak percaya bahwa Yesus sudah bangkit. Para murid awalnya menganggap bahwa jasad Yesus telah dicuri. Ketidakmengertian, ketakutan, dan ketidakpercayaan awal para murid dalam proses kematian dan kebangkitan Yesus semua jelas tertulis dalam kitab Injil. Jelaslah bahwa tiga hal itu adalah aib bagi para murid dan menuliskan naskahnya menjadi sebuah kitab Injil berarti menuliskan "aib" mereka sendiri, dimana mereka sendiripun awalnya tidak mengerti, ketakutan, dan tidak percaya akan peristiwa kebangkitan Yesus.

Lalu timbul pertanyaan :
Untuk apa mereka mau menuliskan aib mereka sendiri kecuali bahwa hal itu adalah sebuah kebenaran? Bukankah semua orang ingin tampak baik dan sempurna dan meninggalkan sesuatu yang baik?
Dan jika para murid mengekspos aib tersebut, tidakkah para murid berpikir bahwa itu bisa berdampak pada pengajaran mereka saat itu? (para murid Yesus gencar melakukan pemberitaan iman Kristen setelah peristiwa kematian dan kebangkitan Yesus)

Oke, mungkin ada orang yang beranggapan bahwa itu hanya dramatisasi para murid saja. Lalu bagaimana anda menjelaskan argumen berikutnya ini.

Kedua. Seandainya para murid merekayasa peristiwa kebangkitan Yesus, mengapa mereka bersedia mati demi mengabarkan Injil sampai keseluruh bumi? Mereka tidak dapat apa-apa baik harta ataupun jabatan. Mereka justru dihina, ditolak, dan bahkan dibunuh karena pemberitaan mereka. Bukankah awalnya para murid itu ketakutan ketika Yesus ditangkap dan disalib? Bukankah awalnya mereka juga menganggap bahwa mayat Yesus sudah dicuri ketika menemukan kubur Yesus yang kosong? Kecuali mereka melihat sendiri dengan mata kepala mereka bahwa Yesus telah bangkit, sepertinya tidak ada alasan lain yang membuat mereka tiba-tiba berubah menjadi pemberani bukan?


Ingat bahwa pada zaman itu, iman Kristen adalah ajaran yang awalnya memiliki penganut yang sangat sedikit. Pada zaman itu ajaran yang memiliki banyak penganut adalah kepercayaan terhadap dewa-dewi (politeisme). Namun saat ini, iman Kristen sudah terpencar ke berbagai pelosok dunia dan memiliki banyak penganut akibat usaha mati-matian para murid dalam menyebarkan iman Kristen.

Frontispiece to the 1761 edition ofThe Book of Martyrs

Ketiga. Berita kebangkitan Yesus sepertinya bukanlah sebuah rekayasa para murid karena mereka menuliskan dalam Alkitab bahwa para wanita lah yang pertama kali melihat kubur kosong itu lalu memberitahukannya kepada para murid Yesus. Kita harus mencatat bahwa pada zaman itu, budaya Yahudi, Romawi, dan Timur Tengah, sangat memandang rendah kedudukan wanita. Wanita tidak sama kedudukan sosialnya dengan pria. Kesaksian para wanita juga tidak boleh dipercaya begitu saja. Lalu untuk apa para murid menuliskan dalam Alkitab bahwa para wanitalah yang pertamakali melihat kubur Yesus yang kosong? Bukankah hal itu berpotensi mengurangi validitas mereka kalau seandainya mereka berniat merekayasa berita Injil?

Keempat. Paulus yang merupakan penginjil besar, dulunya adalah seorang musuh gereja. Paulus dididik oleh agama Yudaisme yang ketat. Dia adalah kaum terdidik dalam hal agama Yahudi. Oleh karena itu dia awalnya tidak percaya kepada Yesus dan bahkan sudah banyak menindas para pengikut Kristus. Kalau hanya sekedar mendengarkan berita kebangkitan Yesus, tidak mungkin lantas membuat Paulus langsung percaya. Kecuali dia melihat sendiri Yesus yang bangkit, tidak ada alasan lain yang masuk akal yang menjelaskan perubahan sikapnya menjadi seorang pengikut Kristus yang bahkan rela mati demi Injil.

Kelima. Orang-orang yang memusuhi Yesus (baca : orang Farisi dan Saduki) juga beranggapan dan menyebarkan isu bahwa mayat Yesus telah dicuri (ketika mendengar kubur Yesus yang sudah kosong). Sementara para murid Yesus bersaksi bahwa mereka melihat Yesus sudah bangkit dan menampakkan diri-Nya pada mereka. Setidaknya dua kubu ini (baik orang Farisi dan murid Yesus) sepakat dalam satu hal, yaitu kubur Yesus yang kosong, tetapi berbeda dalam hal menjelaskan mengapa kubur itu kosong. Kubur kosong juga harus diperhitungkan. Tetapi jika melihat empat bukti diatas, seperti penjelasan para murid lebih dapat diterima akal, yaitu bahwa Yesus memang benar-benar bangkit.

Kelima daftar diatas adalah fakta-fakta yang dapat dipertimbangkan untuk secara serius menanggapi kebenaran dalam peristiwa kebangkitan Yesus. Jika ada pendapat/teori yang menentang kebangkitan Yesus, mereka juga harus mampu menjelaskan kelima fakta diatas. Bukti arkeologi dan dokumen-dokumen kuno yang memperkuat dugaan Yesus yang bangkit juga haruslah bisa dijelaskan dengan seksama.

Sebuah lukisan karya seniman Italia, Caravaggio dari abad 16 yg menggambarkan penyaliban Petrus (Crucifixion of St. Peter)

No comments:

Post a Comment