Monday, June 24, 2013

Filosofi Ikan Teri : Mengajar Kita Bersyukur

Ide ini saya dapatkan dari acara KKRJB beberapa minggu lalu dan agak saya kembangkan sendiri hanya agar saya bisa melihat betapa luar biasanya pemeliharaan Allah atas hidup manusia. Hal itu seharusnya membuat kita terus bersyukur.

Bagaimana bisa melihat tangan Allah menopang hidup kita?
Mari kita ambil contoh sederhana dengan belajar dari ikan Teri.


Semua orang Indonesia pasti kenal yang namanya ikan teri. Kita pernah memakannya dan mungkin sedang memakannya saat ini. Tapi pernahkah kita berpikir bagaimana "si Teri" tersebut bisa sampai ke piring kita ketika kita hendak memakannya?

Sekarang, mari kita berpikir mundur.

Si Teri berasal dari laut dan memakan makanannya disana.
Allah memelihara lingkungan ekosistem laut sehingga si Teri bisa hidup. Allah memelihara Papa Mama nya Teri sehingga si Teri bisa lahir.

Lalu harus ada nelayan yang menangkap si Teri ini.
Allah menciptakan dan memelihara hidup Nelayan tersebut sehingga dia bisa menangkap Teri. Allah juga memelihara hidup Papa Mama nya Nelayan tersebut hingga dia bisa menjadi besar dan menangkap ikan.

Tetapi Nelayan juga butuh jaring.
Allah memelihara si Pembuat Jaring agar bisa memproduksi jaring yang baik untuk menangkap Teri. Allah juga memelihara Papa Mama nya si Pembuat Jaring.
Nelayan juga pasti butuh kapal, butuh bensin untuk kapalnya bisa melaut, dll agar si nelayan bisa melaut. Kita harus bersyukur untuk itu dan bersyukur untuk Papa Mama mereka.

Agar bisa menangkap si Teri, cuaca harus bagus agar si Nelayan bisa melaut.
Allah mengatur cuaca sedemikian rupa sehingga Nelayan bisa melaut. Kita bersyukur pada Allah sang Penguasa Cuaca.

Singkat cerita, si Teri bisa ditangkap oleh Nelayan. Tapi harus ada Pembawa Teri dari pantai menuju pasar. Dan untuk bisa ke pasar, Pembawa Teri harus memiliki kendaraan. Dan kendaraan pasti butuh orang yang membuatnya. Baik si Pembawa Teri maupun si Pembuat Kendaraan pasti memiliki Papa dan Mama. Kita bersyukur Allah pelihara Papa Mama mereka sehingga Pembawa Teri dan Pembuat Kendaraan bisa beranjak dewasa dan bekerja dengan baik sesuai profesi mereka.

Lalu Mama kita pergi ke pasar. Tentunya dengan kendaraan.
Mama membeli Teri dari pasar lalu dibawa ke rumah kita untuk dimasak. Tapi untuk memasak butuh bumbu seperti cabai, bawang, tomat, dll. Tuhan memelihara para petani cabai, petani bawang, dan petani tomat. Tuhan juga pelihara hidup Papa Mama nya mereka.

Untuk memasak Teri juga butuh minyak goreng.
Tuhan pelihara hidup para Pembuat Minyak Goreng dan juga Papa Mamanya.

Untuk memasak Teri juga butuh kuali.
Tuhan pelihara hidup para Pembuat Kuali dan juga Papa Mamanya.

Untuk memasak Teri, butuh kompor.
Tuhan pelihara hidup para Pembuat Kompor dan juga Papa Mamanya.

Akhirnya, ikan Teri yang sudah dimasak itu bisa sampai ke atas piring kita dan kita siap memakannya.
Tetapi piring itu pun pasti dibuat oleh si Pembuat Piring. Dan Tuhan pelihara hidup si Pembuat Piring dan juga Papa Mamanya.

Sungguh luar biasa melihat bagaimana proses si Teri yang begitu panjang hingga bisa sampai ke piring kita. Daftar ini masih bisa diuraikan lagi menjadi sedemikian panjangnya dan rumitnya. Dan Allah ada di balik semua proses tersebut.
Bukankah kita harus bersyukur pada Allah untuk Teri yang bisa ada diatas piring kita hari ini?
Bukankah kita juga harus bersyukur pada Allah untuk hal-hal lain yang Tuhan sediakan bagi hidup kita?

No comments:

Post a Comment