Sunday, July 22, 2012

Kebenaran : Mutlak atau Relatif? #1

Dalam postingan-postingan berikutnya, saya akan banyak membahas tentang topik KEBENARAN. Saya akan mencoba menulis nya per bagian sehingga tidak terlalu panjang dan saya juga punya waktu yang lebih banyak untuk menggalinya.
*********
"Bagi saya kebenaran itu adalah apa yang diterima dan disetujui oleh logika dan hati nurani kita" (dikutip dari blog seorang sahabat)
Setidaknya ada tiga kata kunci dalam kalimat diatas. Kebenaran, Logika, dan Hati Nurani. 

Sebelum membahas lebih jauh, kita seharusnya sepakat dahulu bahwa dua opini berbeda tetapi membicarakan topik yang sama tidak mungkin benar secara bersamaan. Pasti ada yang salah. Jika mata kepala anda melihat si X membunuh si Y, maka kebenarannya adalah si X adalah pembunuh. Jika ada orang yang tidak menyaksikan kejadian itu tetapi berkata bahwa pembunuhnya adalah si Z, maka itu tentu saja salah. Jika kebenaran itu relatif, maka pembunuh si Y, bisa saja si X dan bisa saja si Z, bukan? Buat saya, kebenaran adalah sesuatu yang mutlak. Kebenaran tidak tergantung pada opini siapapun. 

Relatif. Kalimat diatas sebenarnya secara implisit mengatakan bahwa kebenaran itu bersifat relatif buat tiap-tiap orang. Karena logika dan hati nurani setiap orang tentu tidak sama kadarnya. Logika anak TK dan hati nurani Adolf Hitler tentu berbeda dengan logika Mahasiswa dan hati nurani Bunda Theresa. Jika kebenaran itu adalah apa yang diterima dan disetuji oleh logika dan hati nurani setiap orang, maka tentu tidak ada yang namanya kebenaran mutlak. Yang ada adalah kebenaran itu bersifat relatif. Itulah maksud kalimat dalam blog sahabat saya tersebut. Apa yang benar bagi nurani seorang Adolf Hitler tentu bertolak belakang dengan apa yang benar bagi nurani seorang Bunda Theresa. Bagi Hitler, kebenaran itu adalah membunuh semua ras yang lemah, sementara bagi Bunda Theresa, kebenaran itu adalah mengasihi kaum-kaum miskin. Jika kebenaran itu bukan sesuatu yang mutlak, maka kacaulah seluruh dunia ini karena orang pasti melakukan apa yang dia anggap benar.

Tapi, disinilah letak kefatalan kalimat diatas. Ketika anda menyatakan bahwa "kebenaran itu bersifat relatif", maka pernyataan itu sendiri pun sudah relatif. Orang lain tidak harus percaya dengan pernyataan anda dimana anda mengganggap benar bahwa kebenaran itu relatif. Kalimat "kebenaran bersifat relatif" itu adalah kalimat yang menyerang diri nya sendiri.

Simpelnya begini, anda berkata kepada saya bahwa "kebenaran itu bersifat relatif". Sementara saya berkata bahwa "kebenaran itu bersifat mutlak". Anda tentu beranggapan bahwa opini anda tentang kebenaran yang relatif itu tentulah benar. Tetapi anda lupa bahwa anda sendiri mengatakan bahwa kebenaran itu relatif, bukan? Inilah maksud saya bahwa kalimat diatas sangatlah absurd dan membunuh kalimat itu sendiri.

Saya sangat setuju dengan argumentasi Ravi Zacharias untuk menentang paham relativisme. Berikut kutipannya.
"If I make the statement all truth is relative, that statement either includes itself or excludes itself. If it includes itself, that means that statement is also relative which means it's not always true. If it excludes itself than it's positing an absolute while denying that absolutes actually exist." ~ Ravi Zacharias

Lagipula, apa yang bisa kita lakukan jika tidak ada sesuatu yang mutlak? Bukankah segalanya akan menjadi kacau? Lalu lintas akan menjadi kacau jika lampu lalu lintas sudah tidak dipercaya sebagai sebuah standar yang absolut karena anda memiliki "kebenaran" anda sendiri untuk memutuskan apakah anda berhenti atau tetap melaju ketika tiba diperempatan jalan. Anda bisa bayangkan kekacauan seperti apa yang akan terjadi jika setiap orang yang ada diperempatan jalan itu tidak percaya pada lampu lalu lintas tersebut karena memiliki persepsi masing-masing tentang kebenaran untuk tetap melaju atau berhenti. Untuk itulah kita butuh standard dan tolak ukur yang mutlak untuk memutuskan apa yang benar dan yang salah.

Jadi mau tidak mau, secara rendah hati kita harus mengakui bahwa kebenaran itu mutlak. Tidak mungkin dua hal yang berbeda sama-sama benar. Akan hanya ada satu yang benar. Kebenaran tidak pernah memihak siapapun. 

Mood manusia berubah, kebenaran tidak. 

Bacaan Rujukan :
1. Conversational Evangelisem
2. Jesus Among Other Gods
3. Who Made God
4. Mere Christianity

2 comments:

  1. setuju sih bang kalo kebenaran itu mutlak, menurutku ideologi dan cara pandang orang terhadap sesuatu itu yang relatf

    ReplyDelete
  2. Betul, biarpun cara pandang orang beragam, kebenaran hanya ada satu. Berbahagialah orang yang menemukan/ditemukan oleh Kebenaran itu. hehe.
    Thanks buat komentarnya David.

    Buku2 rujukan diatas mungkin bisa memperluas horizon kita, karena buku2 itu sangat fair dalam memandang makna kebenaran.

    ReplyDelete