Bermula dari chating singkat di Facebook dengan mantan kakak kelas saya di bangku SMP..
Waktu itu, saya tiba-tiba disapa oleh seorang kakak kelas saya di SMP. Sebuah sapaan yang singkat tapi mampu menyeret saya kembali ke masa lalu..
Sapaan singkat itu seperti ini :
Apa kabar the best ?The Best... Ya.. itu dia.. Sebuah kata yang sudah lama sekali tidak kudengar.
Sebutan "The Best" itu memang bukan tanpa sebab. Dulu, ketika masih duduk di bangku SMP, di sekolah kami, ada sebuah tradisi unik yang hanya dilakukan di sekolah kami setiap pemberian Raport. Tradisi itu ialah pemberian gelar The Best Student, gelar yang hanya diberikan kepada satu orang siswa dan satu orang siswi terbaik dari semua siswa sekolah tersebut sebagai "ganjaran" atas prestasi gemilangnya di bidang akademik. Dari awal masuk sekolah itu, saya sudah bertekad untuk setidaknya pernah meraih titel tersebut. Ya.., di bangku SMP, saya pernah meraih gelar prestisius itu, "The Best of Boy Student". Gelar itu semakin prestisius karena pemberian gelar itu ada "upacara" nya tersendiri. Setelah pemanggilan juara kelas dan juara umum selesai dibacakan, maka seorang guru kami (saya masih ingat Pak B.Sihombing guru PPKN), akan mulai membacakan dua nama siswa dan siswi terbaik disekolah itu yang berhak menyabet predikat The Best of Boy Student dan The Best of Girl Student.
Saya mencoba masuk ke masa lalu saya dan membayangkan detik-detik pemanggilan The Best Student yang mendebarkan itu..
" Dan, gelar The Best of Boy Student untuk semester ini jatuh kepada.......(Pak BS hening beberapa detik dan beliau berhasil membuat jantung saya berdebar semakin kencang waktu itu)........ Harrrrrrryyyyyyyyy Panjaitaaaaannnnnnnnnn...!!! "
Hooorrreeeee!!!!
Terdengar teriakan dan tepuk tangan teman-teman sekelas saya waktu itu. Saya di beri salam oleh teman-teman saya sampai-sampai hampir lupa untuk maju kedepan. Setelah pemanggilan siswa dan siswa terbaik, saya dan teman saya The Best Girl Student maju kedepan. Nah, disinilah bagian yang paling prestisiusnya, inilah "upacara" nya : Setelah maju ke depan kami dipakaikan jubah kebesaran berupa jubah toga yang biasanya diberikan kepada mahasiswa yang wisuda. Jubah itu bagaikan "piala bergilirnya" karena si "The Best" berhak menyimpan jubah itu hingga satu semester kedepan. Setelah pemakaian jubah selesai kami naik ke podium upacara sehingga seluruh siswa dan para orang tua yang datang untuk menerima Raport anaknya dapat melihat dua orang siswa dan siswi terbaik di semester itu. Saya sangat,sangat bangga waktu itu. Berdiri bangga, bangga sekali atas pencapaian tersebut. Dari depan podium, saya juga dapat melihat wajah gembira dan bangga orang tua saya waktu itu.
Dan.. semenjak itulah saya sering dipanggil oleh beberapa teman sekolah saya dengan sebutan "The Best".
Well, dulu saya sering menanyakan kepada beberapa teman saya, "dimanakah masa-masa paling indah buat mu? Masa SD, SMP, SMA atau Kuliah? ". Kebanyakan teman-teman yang tanya menjawab masa SMA dan sebagian lagi masa Kuliah.
Tetapi agak berbeda dengan saya. Masa-masa paling indah buat saya justru ialah masa SMP. Masa-masa SMP adalah masa-masa paling energik bagi saya untuk meraih segala "ambisi terliar" saya waktu itu. Di masa SMP lah, saya merasa menjadi diri saya seutuhnya dan mampu mengeluarkan kemampuan terbaik saya. Di masa SMP lah "bintang" saya bersinar dengan sangat terang. Saya dekat dengan kepala sekolah dan semua guru di sekolah saya dan menjadi anak kesayangan beberapa guru. Saya supel, gampang bergaul dan punya banyak teman. Saya berani maju mengambil semua tantangan. Menjadi ketua kelas 3 tahun berturut-turut, memimpin regu gerak jalan, kepanitiaan disana-sini dan menjadi ketua OSIS. Dan semua tantangan itu mampu saya jalani dengan sangat baik. Tidak hanya prestasi akademik, prestasi non akademik juga banyak saya raih di masa SMP. Puncak prestasi saya di SMP adalah ketika berhasil masuk di SMA Negeri 2 Soposurung. Sekolah yang diasramakan tersebut merupakan sekolah bergengsi di Sumatera Utara hingga sampai sekarang. Waktu itu ada 600 an utusan siswa-siswi terbaik dari setiap SMP di Sumut bahkan dari luar pulau sumatera yang bertujuan untuk merebut satu kursi dari 40 kursi yang diterima. 40 orang dari 600 an siswa terbaik dan saya termasuk didalamnya.
Tetapi itu cerita dulu.. Semua tinggal kenangan yang bahkan hampir terlupakan.
Sekarang masanya sudah agak berbeda..
Semenjak duduk dibangku kuliah, saya semakin "meredup".
Saya cenderung menghindari tantangan-tantangan. Masa kuliah saya jalani dengan minim prestasi. Sangat minim lomba-lomba yang saya ikuti dan menangi. Itu membuat saya kehilangan banyak kesempatan. Saya menemukan diri saya yang sekarang mudah merasa gerogi. Suatu perasaan yang tidak pernah saya alami di masa SMP dan SMA.
Daya juang saya tidak seperti di masa SMP dulu. Ngotot dan selalu ingin menjadi pemenang adalah karakter yang sudah lama terkikis dalam diri saya. Akibatnya saya tidak bisa maksimal hampir di semua aspek hidup saya. Saya yakin, seandainya saat ini saya punya karakter seperti waktu SMP dulu, akan lebih banyak daftar keberhasilan-keberhasilan yang saya ukir.
Saya yakin, jika saya bertemu dengan teman-teman SMP saya dulu, respon pertama mereka adalah "Har, kau kog banyak berubah ya sekarang?"
Tapi, kalau dulu saya bisa melakukannya, saya pasti bisa melakukan nya lagi sekarang. Sebenarnya begitulah sifat alami saya dari sejak kecil. Begitulah karakter asli saya sebenarnya. Selalu ingin menjadi yang terbaik, memberikan yang terbaik!
Breakthrough! Visi besar di depan menanti untuk diwujudkan. Hidup hanya sekali dan harus berbuah. Karena hidup terlalu berharga untuk dijalani dengan biasa saja.
Soli Deo Gloria
No comments:
Post a Comment