Melihat sosok Pak Joko Widodo, saya jadi teringat dengan sosok Bapak Dahlan Iskan yang beberapa waktu lalu membuat sedikit kehebohan dengan cara menaiki kereta api listrik (daripada mobil dinas mewah), makan soto di warung yang sederhana dengan para wartawan, dan naik ojeg ke istana negara. Padahal dia adalah seorang menteri. Tentu saja, kesederhanaan beliau sudah ditunjukkan jauh sebelum beliau menjabat sebagai menteri BUMN. Ketika masih menjadi Dirut PLN pun beliau tidak segan-segan turun ke lapangan untuk mengecek kondisi listrik hingga ke tempat-tempat terpencil. Beliau juga membuat banyak gebrakan-gebrakan baru di PLN yang telah berhasil menuai pujian dari banyak orang. Hal itu jugalah yang membuat pendiri Jawa Pos ini, dipercaya Presiden untuk memimpin kementrian yang sangat strategis, kementrian BUMN.
Tetapi biarpun begitu, selalu saja ada orang-orang skeptik yang menilai tindakan Pak Dahlan dan Pak Jokowi ini adalah bentuk pencitaan diri. Tetapi orang-orang skeptik yang asal ngomong itu mungkin lupa dengan pencapaian-pencapaian mereka berdua selama memimpin. Kita tahu bagaimana Pak Jokowi yang berhasil memberantas korupsi di Solo, merelokasi pedagang kali lima tanpa ada sedikitpun keributan, menjaga cagar budaya Solo walaupun harus menentang atasan nya sendiri, mendorong produk dalam negeri dengan mem blow up mobil esemka sebagai mobil dinas, dll. Tentang Pak Dahlan, saya tidak perlu lagi menyebutkan prestasi yang Pak Dahlan sudah lakukan. Karena justru karena prestasinya lah beliau ditunjuk langsung menjadi menteri yang strategis, menteri BUMN dari non-partai.
Jadi, terhadap komentar-komentar skeptik tersebut saya akan mengatakan biarlah prestasi (Pak Jokowi dan Pak Dahlan) yang berbicara, kalau mereka (orang2 skeptik) tidak mampu berbuat dan hanya omong doang, lebih baik duduk manis saja.
Ya begitulah, akan selalu ada orang yang tidak senang/skeptik dengan tindakan yang anda ambil, apalagi jika anda adalah seorang pemimpin dengan beraneka ragam latar belakang orang yang anda pimpin. Tetapi seperti kata Dosen saya (dan saya setuju dengan perkataannya) bahwa
" Kelak, jika Anda nanti jadi pemimpin-pemimpin di negara ini, anda harus ingat ini : Anda tidak mungkin bisa membuat semua orang happy dengan keputusan yang anda ambil. Anda akan jadi gila sendiri ketika anda berharap bisa membuat semua orang senang. Jika anda adalah pemimpin, anda harus berani mengambil keputusan yang membuat beberapa orang tidak happy tetapi membuat banyak orang happy. Tentunya keputusan itu haruslah keputusan yang bijak"
Seperti itulah gaya kepemimpinan yang dulu ditunjukkan Yesus. Yesus yang adalah pemilik semesta ini mau merendahkan dirinya menjadi manusia dan bahkan lahir dikandang domba yang hina.
Bukankah Yesus harusnya lahir di istana dengan segala kemewahan dan bukan dikandang domba yang hina? Bukan kah seorang menteri harusnya memakai pakaian mahal dan bukan nya kemeja dengan lengan dilipat dan memakai sepatu kets?
Bukankah Yesus harusnya makan dengan pejabat-pejabat penting dan tidak bersama-sama dengan para pemungut cukai? Bukankah menteri harusnya makan di restoran mewah dan tidak di warung soto?
Bukankah Yesus harusnya menunggangi kuda dan tidak menunggangi seekor keledai? Bukankah menteri harusnya naik mobil dinas mewah dan tidak naik ojeg?
Sesungguhnya pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yang memiliki jiwa untuk melayani orang-orang yang dipimpinnya (Matius 23:11). Pemimpin yang rendah hati (Matius 23:12)
No comments:
Post a Comment