Saturday, July 27, 2013

Apa Yang Anda Tangisi?

Baru-baru ini saya cukup tergelitik membaca sebuah berita di Kompas yang mengatakan bahwa salah seorang artis Indonesia menangis karena berat badannya yang naik. Kontras dengan itu, baru-baru ini juga, saya menonton sebuah film yang luar biasa bagus berjudul Schindler List. Di film itu, aktor utamanya, Oscar Schindler juga menangis karena dia merasa seharusnya dia masih bisa menyelamatkan satu lagi nyawa manusia dari kekejaman Adolf Hitler dan tentara Nazi. Lalu saya bertanya, mengapa yang seorang menangis karena berat badannya yang naik sementara yang seorang lagi menangis karena merasa seharusnya masih bisa menyelamatkan satu nyawa manusia lagi?

Pertanyaan ini meyakinkan saya kepada sebuah kesimpulan penting yaitu, apa yang kita tangisi biasanya dapat menjadi indikator karakter kita.

Kalau kita menangis karena lapar, merasa tidak nyaman, atau ingin cari perhatian, kita tidak berbeda jauh dengan bayi karena bayi juga seperti itu. Kalau kita menangis karena usaha kita tidak dihargai dan ditolak orang lain mungkin karena kita lebih mengasihi diri sendiri. Atau menangis karena tidak tahan/gagal menghadapi tantangan hidup yang berat.

Apa yang membuat Anda menangis?
Pertanyaan kepada diri sendiri ini membawa saya kembali mengingat kisah tangisan Nehemia (Nehemia 1:4), tangisan Yeremia (Yer 9:1), tangisan Paulus (Kis 20:19) dan bahkan tangisan Yesus (Luk 19:41). Baik Nehemia, Yeremia, Paulus, dan Yesus menangis untuk suatu tujuan yang lebih besar dari diri sendiri yaitu untuk kepentingan orang banyak dan kemuliaan Allah. Seringkali linangan air mata kita menunjukkan level keseriusan kita dalam komitmen kita untuk menjadi berkat bagi orang banyak.

Apa yang membuat Anda menangis?

Menemukan Visi Hidup (Panggilan Hidup) part I

Visi berasal dari bahasa Inggris, vision, yang adalah gambaran yang jelas di masa depan yang ingin diwujudkan. Saya lebih cenderung memakai kata "panggilan hidup" dibandingkan visi hidup karena Alkitab menjelaskan bahwa visi selalu datang dari Allah (Sang Pemanggil dan Pencipta). Allah lah yang berinisiatif untuk menanamkan visi dalam setiap umatNya (misalnya visi Allah kepada Abraham, Musa, Yusuf, Ester, Nehemia, Paulus, dsb).
Sehingga kesimpulan akhirnya ialah bahwa Panggilan Hidup (visi hidup) adalah gambaran yang jelas dimasa depan yang Allah tanamkan dalam diri setiap umatNya.
Jadi berdasarkan kesimpulan ini, visi tidak datang dari manusia (diri kita) karena hidup bukanlah tentang diri kita tetapi tentang bagaimana kita berdampak positif bagi orang lain yang ujungnya adalah untuk kemuliaan Tuhan.

Pertanyaan berikutnya ialah "bagaimana mengetahui panggilan yang Allah berikan?".
Jika mengacu kepada paparan diatas, panggilan hidup (visi hidup) selalu melibatkan 3 unsur utama yaitu :
  1. Allah : kehendak dan beban yang Allah berikan (Apa yang Allah ingin agar saya kerjakan?)
  2. Diri kita : talenta/kapasitas/karakter/passion yang telah Allah tanamkan secara unik (Apa yang telah Allah berikan sebagai modal bagi saya?)
  3. Lingkungan : kebutuhan zaman (isu) yang Allah tunjukkan (Apa yang menjadi isu zaman ini yang relevan dengan 2 hal diatas?)
Ketiga elemen diatas perlu untuk jadi bahan pergumulan untuk menemukan panggilan hidup. Kalau kita hanya memiliki elemen 1 dan 2, kita akan membabi buta. Jika hanya 1 dan 3 kita akan mudah frustrasi karena merasa tidak mampu mengerjakan. Kalau hanya 2 dan 3 kita akan mudah jenuh dan patah semangat. 

Jadi dapat disimpulkan untuk menggumulkan panggilan hidup kita harus melihat kepada Allah, melihat kepada diri sendiri, dan melihat lingkungan sekitar kita. 

Jika belajar dari kisah dalam Alkitab, Allah memberikan/menanamkan panggilan (visi) itu kepada umatNya dengan beberapa cara :
1. Melalui perjumpaan langsung secara supranatural
Misalnya : ketika Allah memanggil Abraham dan menanamkan visi dimana keturunan Abraham akan menjadi bangsa yang besar. Atau ketika Allah memanggil Musa untuk membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir dan membawa mereka ke tanah perjanjian.

2. Melalui Lingkungan sekitar
Misalnya : Nehemia yang tergerak utk membangun tembok Yerusalam ketika melihat bangsa Yahudi yg menderita. Sama sekali tidak ada peristiwa supranatural disini, semak yang terbakar, mimpi, atau peristiwa ajaib apapun. Atau Ester yang juga tergerak ketika melihat penderitaa bangsanya.

Rekomendasi bacaan yang relevan :
1. Alkitab
2. Jadilah Pemimpin Demi Kristus oleh Sen Sendjaya, Phd

Thursday, July 18, 2013

Maraknya Legalisasi Pernikahan Sesama Jenis

 Sebenarnya pengertian dosa bisa dipadatkan menjadi seperti berikut : "Segala perbuatan manusia yang menyimpang dari maksud dan tujuan Allah atas manusia".
Salah satu contoh sederhana ialah : membunuh itu dosa karena maksud dan tujuan Allah ialah agar manusia saling mengasihi.

Pernikahan sesama jenis yang sudah mulai banyak dilegalkan di beberapa negara maju, tentu saja adalah sebuah dosa. Karena salah satu maksud dan tujuan Allah atas pernikahan ialah agar manusia beroleh keturunan dan memenuhi bumi ( Kejadian 1:28). Selain itu ketika Allah berkata "tidak baik manusia itu (Adam) seorang diri saja", Allah tidak menciptakan seorang lelaki lagi, melainkan seorang wanita (Kejadian 2:18). By the way, ini adalah kali pertama Allah berkata "tidak baik" atas ciptaan-Nya setelah sebelum-sebelumnya Allah selalu berkata "baik" terhadap apa yang sudah terlebih dulu diciptakan-Nya.

Semua hal diatas adalah maksud dan tujuan Allah atas pernikahan dan kekristenan merupakan iman yang menjunjung tinggi kekudusan pernikahan karena hubungan antara Kristus dan gerejaNya diibaratkan seperti mempelai lelaki dan mempelai wanita, yaitu dalam pernikahan. (Matius 9:15, Matius 25, Yoh 3:29, Wahyu 19:7).

Tentu saja jika kita memakai dasar Iman Kristen pernikahan sesama jenis adalah sebuah dosa yang menjijikkan. Dan seharusnya setiap orang Kristen adalah orang yang paling terdepan dalam menolak pernikahan sesama jenis.

Tetapi miris melihat bagaimana negara-negara yang dulunya merupakan kantong-kantong Kristen (seperti Australia, Belanda, Spanyol, Inggris, dll) berubah arah menjadi negara yang melegalkan pernikahan sejenis. Fenomena ini menunjukkan bahwa Kebenaran Mutlak itu telah disingkirkan dan diganti dengan kebenaran manusiawi yang berasal dari hawa nafsu semata.

Tentu saja fenomena ini tidak terjadi dalam satu malam saja, tetapi merupakan sebuah proses yang sudah terjadi beberapa waktu lalu yang sengaja/tidak sengaja dibiarkan sehingga menghasilkan fenomena ini. Saya selalu menyukai ilustrasi katak untuk menjelaskan mengapa fenomena menyimpang ini bisa terjadi.

Akhir ceritanya adalah seekor katak yang mati dalam air mendidih. Namun awalnya adalah begini : ketika katak ditempatkan dalam kuali berisi air dingin yang perlahan-lahan dipanaskan hingga mendidih, si katak tetap berenang-renang dengan tenang tanpa menyadari apa yang terjadi. Tetapi seandainya katak yang sama dicemplungkan kedalam air yang mendidih, ia pasti akan segera melompat keluar dari kuali demi keselamatannya. Perubahan secara perlahan-lahan tidak diperhatikannya, dan ia menyesuaikan dirinya melampaui batas yang masuk akal, padahal perubahan yang drastis segera diresponnya dengan akal sehat demi keselamatannya.

Dan sesungguhnya seperti itulah cara iblis berusaha untuk melencengkan maksud Allah terhadap manusia. Secara perlahan-lahan yang tidak disadari oleh manusia itu sendiri.

Perhatikanlah era ini dimana kebenaran relatif menjadi sesuatu slogan zaman ini. Terhadap isu pernikahan sejenis, banyak yang berpendapat "selama tidak ada yang merasa dirugikan mengapa harus dilarang?". Tentu terhadap orang dengan pemikiran seperti itu Kebenaran Allah tidak relevan lagi. 

Surat II Timotius 3 menjelaskan bahwa pada hari-hari terakhir, manusia akan mencintai dirinya sendiri, mengikuti hawa nafsunya, dan menolak Kebenaran Allah.

Lalu apa yang bisa kita lakukan sebagai orang percaya menghadapi fenomena ini?
Menurut saya :
  1. Berdoa terhadap hal ini
  2. Menjaga pondasi kita agar tetap kokoh didalam Tuhan melalui disiplin rohani
  3. Ambil bagian (misalnya menjadi politisi yang menentang undang-undang yang melegalkan pernikahan sejenis).
Rekomendasi bacaan yang relevan : Judul : Deliver Us From Evil. Penulis : Ravi Zacharias

Menggombali Tuhan


Tuhan ampuni kami kalau sering menggombali Mu
Ketika kami berdoa atau ketika kami bernyanyi memuji nama Mu
Mulut kami mengeluarkan kata-kata yang begitu manis dan indah di dengar
Tetapi kami tidak sungguh-sungguh ketika mengatakan dan menyanyikan itu semua

Tuhan ampuni kami kalau kami sering menggombali Mu
Ketika kami berdoa atau ketika kami bernyanyi memuji nama Mu
Mulut kami mengeluarkan kata-kata yang begitu manis dan indah di dengar
Tetapi kami tidak menyadari makna dari semua kata-kata kami 

Tuhan ampuni kami kalau kami sering menggombali Mu
Ketika kami berdoa atau ketika kami bernyanyi memuji nama Mu
Mulut kami mengeluarkan kata-kata yang begitu manis dan indah di dengar
Tetapi kami tidak menghidupi apa yang kami doakan atau nyanyikan

Tuhan kami tidak mau menggombali Mu lagi
Biarlah setiap doa dan nyanyian yang kami panjatkan
Berasal dari hati kami yang terdalam karena kami menyadarinya
Dan yang paling penting menghidupinya

Tuhan kasihanilah kami orang yang berdosa ini


Tuesday, July 16, 2013

Flash of Mind VII

Mengetahui APA yang harus dikatakan itu "sesuatu"
Mengetahui KAPAN/DIMANA harus mengatakannya itu "sesuatu banget"
Mengetahui BAGAIMANA cara mengatakannya itu "sesuatu sangat banget"

Untuk yang pertama anda hanya butuh pengetahuan/knowledge
Untuk yang kedua anda perlu tambahkan hikmat/wisdom
Untuk yang ketiga anda perlu tambahkan lagi kasih/charity

Berkata tidak benar pada waktu yang tepat
Berkata tidak benar pada waktu yang tidak tepat
Berkata benar pada waktu yang tidak tepat
Berkata benar pada waktu yang tepat

Berkata benar, pada waktu/kondisi yang tepat, dengan cara yang tepat.

-flash of mind-