Saturday, April 27, 2013

Power Distance Index (PDI) - 2

Malcom Gladwell dalam bukunya Outlier membuat list negara-negara yg memiliki Power Distance Index (PDI) yg rendah dan yg tinggi. Salah satu negara yang memiliki PDI yg tinggi adalah Perancis. On the other hand, negara yang memiliki PDI yang rendah adalah Amerika Serikat. Makna dari PDI sendiri sudah pernah saya tuliskan pada tulisan sebelumnya disini.

Kemaren saya baru menyadari bahwa Malcom benar tentang itu. Di ITB Career Day kemaren, saya mengikuti presentasi Company Profile dari dua perusahaan migas multinasional terkemuka di dunia. Satu perusahaan berasal dari Perancis dan satu lagi dari AS. Terlihat jelas values yang berbeda yang dianut oleh kedua perusahaan tersebut. Dan hal itu juga diakui oleh presenter company yg berasal dari Perancis. Dia mengatakan kalau budaya kerja di company tsb hampir mirip2 dengan budaya jawa. It means that hierarki nya "kelihatan sekali" dan untuk new comers harus hati-hati dalam cara penyampaian ide/pendapat atau ketidaksetujuannya terhadap atasan. Artinya PDI nya (seperti yg dikatakan Gladwell) tinggi.

Berbeda dengan perusahaan yg berasal dari US. Disana lingkungan kerjanya lebih fun dan tidak kaku antara atasan dengan bawahan. Hal itu jelas sekali saya lihat dari presenters yang datang dari berbagai posisi dan jabatan. Mereka terlihat lebih tidak ada gap antara new comers dengan yang sudah senior.

Budaya-budaya kerja di perusahaan penting untuk diketahui dan menarik untuk diamati. Penting karena akan mempengaruhi tingkat kenyamanan kita bekerja dan menarik karena setiap perusahaan memiliki budaya kerja masing-masing. Tentunya tidak ada yang baik dan yang buruk mengenai tingkat PDI. Selama itu relevan dengan visi misi perusahaan/organisasi maka PDI yang manapun bisa dipilih. Menurut saya begitu.

Thursday, April 25, 2013

Power Distance Index (PDI)

Dalam sebuah buku terkenal berjudul "Outlier", terdapat sebuah bab yang membahas tentang Power Distance Index (PDI) atau terjemahan Indonesianya "Jarak Kekuasaan". PDI sendiri merupakan index yang menunjukkan seberapa besar gap yang terjadi antara atasan dan bawahan. Dan apakah pegawai merasa takut untuk menyampaikan pendapat/saran dan bahkan ketidaksetujuannya kepada atasannya.

Jika mengamati Amerika Serikat dan Indonesia, tentu sudah dapat dinilai bahwa PDI di US memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan di Indonesia. Artinya kebebasan bawahan untuk berargumen dan bahkan menolak perkataan atasan masih sulit ditemui di Indonesia. AS sebaliknya karena kebudayaan mereka memang seperti itu yang saya amati. Saya pernah melihat di sebuah acara TV bagaimana perusahaan besar seperti Facebook dikelola dan membandingkannya dengan perusahaan-perusahaan di Indonesia pada umumnya (setidaknya yang saya dengar dari cerita teman-teman saya yang sudah bekerja). Dari situ dengan jelas saya melihat perbedaan yang besar dalam hal PDI. PDI di Facebook memiliki index yang jauh lebih rendah. Terlihat dari cara berpakaian sang CEO ke kantor selayaknya anak muda dengan kaos dan jeansnya. Mark juga lebih sering berbaur dan coding bersama bawahannya disatu ruangan yang cukup luas dan besar. Tata ruang kantornya yang didesain sedemikian rupa sehingga setiap orang bebas berinteraksi satu dengan yang lain, atasan dengan bawahan. Dan coba bandingkan hal itu dengan perusahaan di Indonesia.

Tentu saja, ada organisasi/perusahaan yang membutuhkan PDI yang tinggi agar bisa berjalan dengan baik, misalnya (menurut pendapat saya) TNI atau Kepolisian. Tetapi untuk perusahaan atau kondisi-kondisi (misalnya rapat Brainstorming) yang mengedepankan kreativitas dan inovasi, seharusnya PDI diusahakan rendah sehingga ide-ide kreatif inovatif bisa muncul dari mana saja. Bawahan diajak untuk tidak sekedar taat pada atasan tetapi juga berani beragurmen dan mengatakan ketidaksetujuannya dengan alasan yang rasional. Saya pikir dengan cara seperti itulah perusahaan bisa maju dan berinovasi.

Beberapa waktu yang lalu, saya pernah mendapat kesempatan untuk interview disebuah perusahaan kontraktor Oil and Gas di Jakarta. Ketika sedang duduk menunggu giliran interview, saya mengamat-amati perilaku para pekerja disana, cara berkomunikasi mereka satu dengan yang lain. Antara satpam dengan karyawan, karyawan dengan recepsionis, atasan dengan bawahan, bahkan terhadap Office Boy. Dari pengamatan saya tersebut, saya dapat menyimpulkan bahwa PDI di perusahaan ini rendah. Artinya suasana kerja disana tidak terlalu kaku dan biroktratis. Oleh karena itu saya suka dengan lingkungan pekerjaannya disamping nama besar perusahaan itu sendiri.

Pada akhirnya, PDI sendiri tergantung kepada keunikan,visi,misi, dan organisasi/perusahaan itu sendiri. Ada organisasi/perusahaan yang seharusnya memiliki PDI tinggi namun ada juga yang seharusnya memiliki PDI rendah.

Monday, April 1, 2013

Bukan hasil tapi proses


Bagi beberapa orang, proses tidak penting, hasil lah yang penting. Tetapi saya menemukan bahwa iman Kristen mengajarkan bahwa proses jauh lebih penting daripada hasil.

Ketika Paulus ada di penjara dan akan dihukum mati, orang-orang yang dilayani Paulus meninggalkan dia karena takut akan ikut dipenjara dan dihukum (2 Tim 1:15). Ketika Yesus ditangkap di taman Getsemani, murid-murid Yesus juga ketakutan dan meninggalkan Yesus. Murid Yesus yang lain seperti Petrus pernah menyangkal Yesus 3 kali dan Yudas bahkan menghianati Yesus. Kalau kita melihat hasil akhir pelayanan di ujung hidup mereka, kita mungkin saja menilai Paulus dan Yesus telah gagal dalam hal membina. Kita mungkin bertanya "inikah hasil yang didapatkan mereka setelah kerja keras mereka selama bertahun-tahun?"

Tetapi seperti yang sudah saya tuliskan diawal, bahwa di hadapan Allah, proses yang kita jalani dalam mencapai hasil itulah yang paling penting. Pelayanan yang sudah Yesus dan Paulus kerjakan terbukti telah berbuah dizaman ini. Hasilnya bisa saja tidak kelihatan dalam jangka pendek, tetapi akan terlihat dalam jangka panjang. Tetapi proses yang kita jalani sangatlah penting. Apakah kita taat dan setia pada Allah dalam melakukan proses tersebut untuk mencapai hasil?

Seorang teman saya pernah menyarankan untuk melakukan kecurangan dalam proses pencarian kerja. Tentu saja bagi teman saya tersebut, hasil (diterima kerja) jauh lebih penting daripada proses yang dilalui. "Asalkan masuk ke perusahaan X, saya akan lakukan segala macam cara sekalipun harus berbuat curang".

Menurut saya, proses yang baik secara otomatis akan menghasilkan hasil yang baik pula. Walaupun hasilnya terkadang tidak sesuai dengan keinginan kita, tetapi hasil itu tetaplah baik asalkan kita yakin sudah menjalankan prosesnya dengan baik.